Siapa sesungguhnya yang benar-benar Ahlussunnah wal-Jama’ah ?
Imam Muhamad bin Muhamad al-Husni al-Zabidi dalam kitab Ittihafu Sadati al-Muttaqin (Syarh Ihya’ Ulumuddin) juz 2 hal 6. Menjelaskan;
إذا أطـلق أهـل الســنة، فالمــراد به الأ شـاعرة والمـاتريدية.
( إتحـاف سـادات المتقين /٢ ؛ ٦)
“Bila diucapkan kata ahlussunnah, maka yang dimaksud dengan kata itu adalah pengikut aqidah yang dirumuskan oleh Imam Asy’ariy dan Imam Maturidiy."
IMAM AL-ASY’ARIY
(260-330 H / 873-947 M)
Abu al-Hasan Ali bin Isma’il bin Abi Bisyr Ishaq bin Salim bin Isma’il bin Abdullah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah Amir bin Abu Musa Abdullah bin Qois al-Asy’ariy.
ABU MUSA AL-ASY’ARIY
Adalah sahabat Nabi s.a.w dari Qahthan, salah satu suku di Yaman,yang kata Nabi s.a.w: “Keimanan yang sempurna itu datang dari Yaman dan hikmah juga datang dari Yaman. Akan datang penduduk Yaman, hati mereka lebih halus dan lebih lembut.“ (daripada hati kalian). HR Bukhari 4037. dan Muslim 73.
Mana dalilnya Asy’ariyah itu Ahlussunnah wal-Jama’ah…?
ياأيُّهَا الذيْن أمَنـُوا مَن يَرْتدّ مِنكمْ عَن دِينهِ فسَـوْفَ يَأتِي اللهُ بـقـوم يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّـونهُ أذِ لةٍ عَلى المُؤْمِنين أعِزةٍ على الكافرين يُجَاهِدُ ون فِى سَبيل الله وَلا يَخافون لوْمَة لائِم، ذلك فضْلُ الله يُؤْتِيهِ مَن يَشاءُ، وَاللهُ وَاسعٌ عَليمٌ (المائدة /٥٤)
“Hai orang orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, yang tidak takut terhadap celaan orang orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS al-Maidah ;54)
عَنْ عِيَاضْ اْلأَشْعَرِيِّ قَالَ : لَمَّا نَزَلَتْ فَسَوْفَ يَأتِي اللهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ ويحبونه...(المائدة : 54) قَالَ رَسُوْلُ اللهِ r: هُمْ قَوْمُ هَذَا، وَأَشَارَ إِلَى أَبِيْ مُوْسَى اْلأَشْعَرِيِّ. رواه الحكم في المستدرك وصححه.
Dari Iyadh al-Asy'ari r.a, dia berkata: "Ketika turun ayat: "Allah S.W.T akan mendatangkan satu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya", maka Rasulullah s.a.w bersabda sambil menunjuk kepada Abu Musa al-Asy'ari: "Mereka adalah kaumnya laki-laki ini". HR.Al-Hakim
عن بِشـر الخـثعـَمِيّ
أنه سَمِعَ النبيَّ صلى الله عليه وسلم يَقولُ : لـَتـُفتـَحَنّ القـُسْطنـْطِينِيّة، فلنِعْمَ الأمِيرُ أمِيرُها وَلنِعْمَ الجَيْشُ ذلك الجَيش. رواه أحمد ،الطبراني ،أبو نعيم ،الحاكم في المستدرك وصححه
Dari Bisyr al-Khats'ami: Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah s.a.w bersabda: ”Kelak umatku akan benar-benar menaklukkan kota Konstantinopel (Turki), Maka sebaik-baik pimpinan adalah pimpinan penaklukan itu dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan penaklukan tersebut.”. HR. Ahmad, At-Thobroni, Abu Nu’aim, Al-Hakim.
Al-Hafidz al-Haitsami berkata: “Para perawi hadits ini dapat dipercaya” )Majma’ al-Zawa’id 6/219)
Hadits tersebut menjadi dasar bagi rekomendasi & pujian (tazkiyah) terhadap madzhab al-Asy’ari dan al-Maturidi, sebab secara faktual, Konstantinopel yang kini menjadi negara Turki, baru dapat ditaklukkan pada Selasa 20 Jumadal Ula 857 H/29 Mei 1453 M. oleh Sultan Muhamad Al-Fatih bin Sultan Murad Khan Al-’Utsmani (835-886 H/ 1432-1481M). Dia dan pasukannya termasuk pengikut setia Ahlussunnah wal-Jama’ah, Madzhab al-Asy’ari, mencintai kaum shufi, bertawasul dengan para Nabi s.a.w dan para wali, mengikuti thoriqoh shufi dengan bimbingan spiritual (mursyid thoriqoh) seorang ulama’ terkemuka pada saat itu, yaitu Maulana Al-Syekh Aqa Syamsuddin. Mereka juga tekun merayakan Maulid Nabi s.a.w , dan tradisi-tradisi shufi lainnya. Wallohu a’lam
(Walid al-Said “tabyin Dholalat al-Albani Syekh al-Wahhabiyyah al-Mutamahdits” Hlm 85).
Mengikuti MADZHAB..?!
فَاسْألـُوْا أهْلَ الذِكـْرإن كنتمْ لا تعْلمُوْنَ( النحل . ٤٣)
“Bertanyalah kamu kepada para ulama’ apabila kamu tidak tahu”
عن زيد بن ثابت رضي الله عنه قال؛ سَمِعْتُ رسـولَ الله صلى الله عليه وسلم يَـقـُولُ
نـَضـَّرَاللهُ امـْرَاً سَـمِـعَ مِـنـَّا حَـدِيثـًا فـَحَـفِـظـَهُ حَتـَّى يُـبَـلِـّغـَهُ غـَيرهُ فـَرُبَّ حَامِـلِ فِـقـْهٍ إلى مَنْ هُوَ أفـْقـَهُ مِـنهُ وَرُبَّ حَامِلِ فِقـْهٍ لـَيْسَ بفـَقِـيهٍ. وَفي روايةٍ . فـَرُبَّ مُـبَلـِّغٍ أوْعَى مِن سَامِعٍ.
رواه الترمذى (٢٥٨٠) وأبو داود (٣١٧٥) وابن ماجه (٢٢٦) وغيره.
Dari Zaid bin Tsabit r.a, berkata: Aku mendengar Rasulullah s.a.w bersabda: “Semoga Allah membuat elok pada orang yang mendengar sabdaku, lalu ia mengingatnya, kemudian menyampaikannya seperti yang pernah didengarnya, karena tidak sedikit orang yang menyampaikan suatu hadits dariku tidak dapat memahaminya”. Dalam riwayat lain: “Tidak sedikit orang yang memperoleh suatu hadits dari seseorang, lebih memahami daripada orang yang mendengar hadits itu secara langsung dariku”. HR.At-Turmudzi, Abu Dawud, Ibnu Majah.
Al-Imam Abu Hanifah
(80 – 150 H/699 – 767 M)
Isyarat Rasulullah s.a.w :
عن أبي هـريرة رضي الله عنه ؛ قال رسـول الله صلى الله عليه وسلم:
لَوْ كَانَ الْعِلْمُ بِالثُّرَيَّا لَتَنَاوَلَهُ أُنَاسٌ مِنْ أَبْنَاءِ فَارِسَ.
رواه أحمد(٧٩٣٧) وصححه إبن حبان (٧٣٠٩).
Dari Abu Hurairah r.a, berkata: Rasulullah s.a.w bersabda: “Andaikan ilmu agama itu bergantung di bintang tujuh, niscaya akan dijamah oleh orang-orang dari putra Persi.”
Menurut para ulama’, seperti As-Suyuthi dll, hadits tersebut paling tepat sebagai isyarat kepada Imam Abu Hanifah, karena dari sekian banyak ulama’ yang berasal dari keturunan bangsa Persi, hanya Imam Abu Hanifah yang memiliki reputasi dan popularitas tertinggi dan diikuti banyak umat dari dulu hingga kini.
Imam Malik bin Anas al-Ashbahi
(95-179 H / 713-795 M)
Isyarat Rasululah :
عن أبي هـريرة رضي الله عنه ؛ عن النبي صلى الله عليه وسلم قال :
يُـوشِـكُ أنْ يَـضْـِربَ الـناسُ أكَـْبادَ الإبِـل يَـطـْلـُبُونَ الـعِـلمَ فلا يَجـِدُونَ أحَـدًا أعْـلـمُ مِن عَـالِم المَـِديْنـَـةِ
(رواه الترمذي وأحمد. وقال الترمذي؛حديث حسن)
Dari Abu Hurairah r.a dari Nabi s.a.w , bersabda: “Hampir datang suatu masa, orang-orang bepergian dengan cepat dari negeri-negeri yang jauh,dalam rangka mencari ilmu, lalu mereka tidak menemukan orang yang lebih ‘alim dari pada seorang ‘alim di Madinah”. HR. At-Turmudzi, Ahmad.
Menurut para ulama’, seperti Imam Sufyan bin ‘Uyainah, Imam Ahmad bin Hanbal, al-Hafidz At-Turmudzi dan lain-lain, hadits tersebut sebagai isyarat dan kepada Imam Malik, karena dari sekian banyak ulama’ Madinah, hanya Imam Malik yang memiliki reputasi dan popularitas tertinggi, dan madzhabnya menjadi panutan kaum muslimin hingga sekarang.
Al-Imam Muhamad bin Idris Al-Syafi’i.
(150-204 H / 767-819 M)
Isyarat Rasulullah s.a.w :
عن عـبد الله بن مسعود رضي الله عنهما قال؛ قال رسـول الله صلى الله عليه وسلم :
عَالِمُ قـُرَيش يَـمْـلأ الارضَ عـِلمًا
رواه أبوداود الطيالسي، وأبونعيم في حلية الأولياء، والبيهقي في مناقب الامام الشافعي، والخطيب البغدادي في تارخ بغداد، وحسنه الترمذي والحافظ ابن حجر: طرق هذا الحديث إذا ضمت بعضها إلي بعض أفادت قوة وعلم أن الحديث أصلا.
Dari Abdullah bin Mas’ud r.a, berkata: Rasulullah s.a.w bersabda: “Seorang alim dari suku Quraisy, ilmunya akan menyebar ke berbagai belahan bumi”. HR. Abu Dawud Ath-Thoyalisi, Abu Nu’aim, Al-Bayhaqi.
Menurut para ulama’ seperti Imam Ahmad bin Hanbal, al-Hafidz al-Baihaqi, al-Hafidz Abu Nu’aim, al-Hafidz al-Suyuthi dan lain-lain, hadits tersebut sebagai isyarat kepada Al-Imam Syafi’i, karena dari sekian banyak ulama’ dari suku Quraisy, hanya Imam Syafi’i yang memiliki reputasi dan popularitas tertinggi dan diikuti oleh mayoritas umat hingga kini, sehingga hadits tersebut hanya tepat bagi Imam Syafi’i.
Al-Imam Ahmad bin Hanbal
(164-241 H/781-855 M)
Mujtahid terahir yang memiliki keistimewaan hafal hadits 1000.000. Dalam satu riwayat, ketika Imam al-Syafi’i tinggal di Mesir di akhir hayatnya, beliaumenyuruh muridnya, al-Rabi’ bin Sulaiman al-Muradi (174-270H/790-883 M) untuk menyampaikan surat kepada Imam Ahmad bin Hanbal di Iraq, setelah membacanya, Imam Ahmad langsung menangis. al-Rabi’ bertanya: Mengapa anda menangis? Imam Ahmad menjawab: “Al-Syafi’i menyampaikan dalam suratnya bahwa beliau telah bermimpi bertemu Rasulullah s.a.w dan bersabda:
“Kirimkan surat kepada Ahmad bin Hanbal
dan sampaikan salamku. Katakan padanya, bahwa kamu (Ahmad bin Hanbal) kelak akan mendapatkan ujian mengenai isu tentang Al-Qur’an adalah ciptaan Allah (bukan kalam Allah), karenanya jangan kamu ikuti pendapat mereka, kami akan meninggikan derajat kamu hingga hari kiamat”.
Mengikuti salah satu pendapat salah satu Imam madzhab empat yang telah di isyaratkan oleh Rasulullah s.a.w , tentunya lebih baik bagi kita dari pada mengikuti madzhab lain yang tidak mendapat rekomendasi dari beliau. Madzhab yang kita ikuti adalah salah satu dari madzhab empat, bukan mencampur adukkan empat madzhab.
DIALOG
Syekh Muhamad Sa’id Ramadlan al-Buthi, ulama’ Sunni dari Syiria & Syekh Muhamad Nashiruddin al-Albani, salah seorang tokoh Wahabi dari Yordania. (Al-Lamadzhabiyyah Akhthar Bid’ah Tuhaddid as-Syari’at al-Islamiyyah)
Al-Buthi : Bagaimana cara anda memahami hukum-hukum Allah..?
Albani: Aku menbandingkan pendapat dan dalil semua mujtahid, lalu aku ambil yang paling dekat dengan al-Qur’an dan sunnah.
Al-Buthi: Seandainya Anda punya uang 5000 Lira yang anda simpan selama 6 bulan, lalu anda gunakan membelibarang untuk diperdagangkan, kapan anda harus mengeluarkan zakatnya?
Albani: Apakah maksudnya, andamenetapkan bahwa harta dagang itu ada zakatnya?
Al-Buthi: Saya hanya ingin anda jawab dengan cara Anda sendiri.
Albani: Ini masalah agama, bukan masalah yang mudah dijawab, kami teliti dulu dalil-dalilnya.
Al-Buthi: Baiklah, apakah setiap muslim wajib membandingkan pendapat mujtahid, lalu mengambil pendapat yang paling sesuai dengan al-Qur’an dan Sunnah?
Albani : ya……
Al-Buthi: Maksudnya..?!! Semua orang mampu ijtihad seperti imam mujtahid? Bahkan melebihi kemampuan imam madzhab? Sebab, logikanya orang yang mampu menghakimi pendapat imam madzhab dengan barometer al-Qur’an dan Sunnah jelas lebih alim daripada mereka.
Albani: Sesungguhnya manusia itu terbagi menjadi tiga, yaitu: muqollid, muttabi’ dan mujtahid. Orang yang mampu membandingkan madzhab dan memilih yang lebih dekat dengan al-Qur’an adalah muttabi’, jadi muttabi’ itu tingkatan di tengah muqollid dan mujtahid.
Al-Buthi: Apa kewajiban muqollid..?
Albani Ia wajib mengikuti para mujtahid yang bisa diikutinya.
Al-Buthi: Apakah ia berdosa apabila mengikuti seorang mujtahid saja dan tidak pernah berpindah ke mujtahid yang lain?
Albani: Ya, dia berdosa dan haram hukumnya.
Al-Buthi: Apa dalil yang mengharamkannya?
Albani: Dalilnya, ia mewajibkan dirinya sesuatu yang tidak diwajibkan Allah padanya.
Al-Buthi: Dalam membaca al-Qur’an anda mengikuti qiro’ahnya siapa di antara qiro’ah yang tujuh?
Albani: Qiro’ahnya Hafsh.
Al-Buthi: Apakah anda hanya mengikuti qiro’ah Hafsh saja? Atau setiap hari anda mengikuti qiro’ah yang berbeda-beda? Albani: Tidak. Saya hanya mengikuti qiro’ah Hafsh saja.
Al-Buthi: Kenapa? padahal Allah tidak mewajibkan anda mengikuti qiro’ah Hafsh, kewajiban anda justru membaca al-Qur’an sesuai riwayat yang datang dari Nabi s.a.w secara mutawatir.
Albani: Saya tidak sempat mempelajari qiro’ah yang lain, saya kesulitan membaca al-Qur’an dengan qiro’ah selain Hafsh.
Al-Buthi: Orang yang mempelajari fiqh madzhab Syafi’i juga tidak sempat mempelajari madzhab-madzhab yang lain, ia juga tidak mudah memahami agamanya kecuali fiqh madzhab Syafi’i. Apabila anda mengharuskan mengetahui semua hasil ijtihad para mujtahid, maka anda sendiri harus pula mempelajari semua qiro’ah, kalau anda beralasan tidak mampu mempelajarinya, maka anda harus menerima alasan ketidakmampuan muqollid dalam masalah ini. Saya sekarang bertanya, darimana anda berpendapat bahwa seorang muqollid harus berpindah-pindah madzhab? Padahal Allah tidak mewajibkannya? Maksudnya sebagaimana ia tidak wajib selalu mengikutisatu madzhab, ia juga tidak wajib berpindah-pindah madzhab.
Albani: Sebenarnya yang diharamkan bagi muqollid itu menetapi satu madzhab dengan keyakinan bahwa Allah memerintahkan demikian.
Al-Buthi: Jawaban anda ini persoalan lain, memang benar demikian, tapi pertanyaan saya, apakah seorang muqollid berdosa jika menetapi satu madzhab saja, padahal dia tahu bahwa Allah tidak mewajibkan demikian?
Albani: Tidak berdosa.
Al-Buthi: Tetapi isi buku yang anda ajarkan berbeda dengan yang anda katakan. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa menetapi satu madzhab saja itu hukumnya haram, bahkan dalam bagian lain buku tersebut, menetapi satu madzhab saja itu dihukumi kafir.
Albani: ???????
Bingung dia…!
Yasmut wala yujaawib.
Jangan ikuti ulama’ yang tidak jelas madzhabnya, Apalagi mengikuti madzhab yang telah didiskualifikasi oleh Rasulullah s.a.w dan dinilai sebagai generasi pengikut syetan. Rasulullah s.a.w menjelaskan:
عن ابن عمر رضي الله عنهما، أن رسـول الله صلى الله عليه وسلم قال: اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى شَامِنَا وَفِى يَمَنِنَا. قَالَ: قَالُوا وَفِى نَجْدِنَا قَالَ: اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى شَامِنَا وَفِى يَمَنِنَا. قَالَ:قَالُوا وَفِى نَجْدِنَا قَالَ:هُنَاكَ الزَّلاَزِلُ وَالْفِتَنُ، وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ.
(رواه البخاري ٩٧٩. والترمذي ٣٨٨٨. وأحمد ٥٧١٥)
Dari Ibnu Umar r.a.bahwa Rasulullah s.a.w bersabda:”Ya Allah, berkailah Syam dan Yaman bagi kami”. Mereka memohon:Najd kami lagi wahai Rasulullah s.a.w , doakan berkah. Beliau bersabda: “Ya Allah berkahilah Syam dan Yaman kami”. Mereka memohon: Najd kami lagi wahai Rasulullah s.a.w ,doakan berkah.Beliau menjawab: “Di Najd itu tempatnya segala kegoncangan dan berbagai macam fitnah, dan di sana akan lahir generasi syetan”. HR.Bukhori, At-Turmudzi, Ahmad.
Menurut para ulama’ seperti al-Imam al-Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, al-Hafidh al-Ghummari, al-Hafidz al-Abdari dan lain-lain, maksud dari generasi pengikut syetan yang akan lahir di NAJD dalam hadits tersebut adalah kelompok WAHABI.
Orang yang anti madzhab, sebenarnya mengikuti madzhabnya ulama’ juga, tapi yang diikuti terkadang sesat, mungkin tidak konsisten dalam mengerjakan agamanya, dan yang ikut tidak tahu, atau bahkan tidak mau tahu. seperti Muhamad Rasyid Ridha (Pengarang Tafsir al-Manar ),
Dalam mukaddimah kitab al-Uqud al-Lu’luiyyah fi al-Madaih al-Nabawiyyah, Syekh Yusuf Bin Ismail al-Nabhani berkata: “Ketika saya berkumpul dengan Syekh Muhamad Rasyid Ridha, saya berdialog dengannya tentang pribadi Syekh Muhamad Abduh, gurunya Muhamad Rasyid Ridha. Saya berkata; “Kalian menjadikan Syekh Muhamad Abduh sebagai panutan dalam agama kalian, dan kalian mengajak manusia untuk mengikuti kalian, itu jelas tidak benar. Syekh Muh Abduh itu bukan orang yang konsisten memelihara kewajiban-kewajiban agama. Dia tidak sah menjadi panutan dalam agama. Sebagaimana dimaklumi dan diakui oleh semua orang, bahwa Abduh sering meninggalkan shalat fardlu tanpa ada udzur. Saya sendiri pernah menemaninya dari pagi hari hingga menjelang maghrib di rumah seorang laki-laki yang mengundang kami di Jabal Lebanon. Abduh tidak shalat Dzuhur dan Ashar, tanpa ada udzur. Bahkan ia sehat sekali. Dia melihat saya shalat Dzuhur dan Ashar, tapi dia tidak melakukannya.” Mendengar pernyataan saya, Syekh Rasyid Ridha mengakui bahwa Abduh memang sering meninggalkan shalat fardlu tanpa ada udzur, tapi Rasyid Ridha masih membelanya dengan memberikan jawaban; “Barangkali madzhab beliau membolehkan shalat jama’ di rumah.”
Saya merasa heran dengan jawaban Rasyid ini, karena jama’ shalat itu hanya dibolehkan dalam bepergian, ketika turun hujan dan sedang sakit menurut sebagian imam mujtahid, antara Dzuhur dan Ashar, serta antara Maghrib dan ‘Isya’, sebagaimana hadits shahih dari Nabi s.a.w . Dan tidak seorangpun dari kalangan ulama’ berpendapat bahwa Dzuhur dan Ashar boleh dijama’ dengan Maghrib dan Isya’. Oleh karena itu kami sulit menerima jawaban Rasyid Ridha ini.
Saya berkata kepada Syekh Rasyid Ridha; “Lagi pula Syekh Muhamad Abduh tidak pernah menunaikan ibadah haji ke Baitullah di tanah suci, padahal ia mampu melakukannya. Dengan kemampuan yang ia miliki, berupa kekuatan fisik dan finansial, ia sering kali pergi ke Paris, London dan negara-negara Eropa lainnya, tidak pernah terlintas dalam benaknya untuk menunaikan ibadah haji, padahal negaranya dekat dengan Makkah. Jadi tidak diragukan lagi, bahwa dia memikul dosa yang sangat besar dan meninggalkan salah satu rukun Islam.”
Lalu saya berkata kepada Syekh Rasyid Ridha: “Semua orang sepakat bahwa Syekh Muhamad Abduh dan gurunya, Syekh Jamaluddin al-Afghani, masuk dalam organisasi Masoni. Organisasi ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan agama Islam, bahkan organisasi ini menolak semua agama, anti semua pemerintahan, baik keagamaan maupun yang bukan. Bagaimana mungkin Syekh Muhamad Abduh menjadi panutan dalam agama Islam, padahal dia seorang Masoni, demikian pula gurunya.”
Mendengar pernyataan saya, Syekh Muhamad Rasyid Ridha menjawab; “Saya kan tidak ikut organisasi Masoni.”
Saya berkata; “Seandainya kalian berkata bahwa Syekh Muhamad Abduh itu seorang filosof Islam, seperti halnya Ibnu Sina dan al-Farabi, tentu kami dapat menerima, meskipun kenyataannya tidak demikian. Karena hal itu tidak berdampak negatif pada kami dan agama kami. Adapun ketika ia termasuk orang yang paling fasiq sebab meninggalkan rukun-rukun Islam, lalu kalian berpendapat bahwa ia seorang imam (panutan) dalam agama Islam, tentu hal ini merupakan kemungkaran yang tidak akan diterima oleh orang yang berakal.”
Mendengar pernyataan saya, Syekh Muhamad Rasyid Ridha berkata; ”Kami tidak menganggap Syekh Muhamad Abduh seperti Ibnu Sina, akan tetapi kami menganggapnya seperti al-Imam al-Ghazali.”
Rasyid Ridha ini memang orang yang sesat dan keras kepala, ia mengakui kalau Muhamad Abduh itu meninggalkan shalat dan haji serta menjadi anggota Masoni, tetapi ia masih menyamakannya dengan Imam al-Ghazali. Sebenarnya, setiap orang Wahabi atau anti madzhab ini, meyakini bahwa dirinya lebih hebat dari pada Imam al-Ghazali, sebab mereka mengklaim sebagai mujtahid muthlaq, sedangkan Imam al-Ghazali tidak, beliau masih mengikuti Imam Syafi’i.
Wallahu a’lam.
Air musta’mal tidak bisa dipakai bersuci
Air musta’mal adalah air sedikit (kurang dua qullah) yang sudah digunakan untuk menghilangkan hadats atau najis.
عن ابي هريرة رضي الله عنه، أن النبي صلى الله عليه وسلم قال
(لايَغتسِــلْ احَدُكم في المَاءِ الدَائِم وَهُوَجُنـُبٌ)
فقالوا يآأبا هريرة، كيف يفعل؟ قال يتناوَله تناوُلا.
رواه مسلم .283
Dari Abu Hurairah r.a. Sesungguhnya Nabi Muhamad s.a.w telah bersabda: “Janganlah salah seorang di antara kamu mandi di dalam air yang tidak mengalir, sedangkan ia dalam keadaan junub.” Para sahabat bertanya “Bagaimana caranya”?
Rasulullah s.a.w menjawab: “Dengan menciduknya”.HR.Muslim
AIR DUA QULLAH
عن ابن عمررضي الله عنهما قال : سَمِعْت رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ يُسْأَلُ عَنْ الْمَاءِ يَكُونُ فِي الْفَلَاةِ مِنْ الْأَرْضِ , وَمَا يَنُوبُهُ مِنْ السِّبَاعِ وَالدَّوَابِّ . قَالَ : إذَا كَانَ الْمَاءُ قُلَّتَيْنِ لَمْ يَحْمِلْ الْخَبَثَ. رواه الخمسة.
Dari Abdullah bin Umar r.a. berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah s.a.w ditanya tentang air di padang sahara dan air yang didekati oleh binatang-binatang buas dan binatang-binatang ternak. Maka beliau bersabda: “Apabila air mencapai dua qullah, maka tidak mengandung najis”.
والقـلـتــين ؛ ما يُســـاوي مائــــة وتســعين لــيتراً تقـريــباً ، أوســعـــة مُــكَــعّب طول حِرَفِهِ ٥٨ سم. /التــــذهيـــــب .١١/
“Dua qullah itu kurang lebih 190 liter
/ ukuran bak air yang panjang , lebar & dalamnya masing – masing 58 cm”.
Sunnah bersiwak sebelum wudhu’ & sebelum shalat
عن أبي هريرة رضي الله عنه، قال صلى الله عليه وسلم:
لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتهمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ. رواه البخاري ومسلم.
وفى رواية لأحمد : لَأَمَرْتهمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ وُضُوءٍ.
Dari Abu Hurairah r.a: Rasulullah s.a.w bersabda:“Andaikan tidak memperberatkanummatku,niscaya aku perintahkan mereka bersiwak setiap shalat “.HR.Bukhori dan Muslim
Dalam riwayat Ahmad ; “ Niscaya aku perintahkan mereka bersiwak setiap wudhu’ “.
WUDHU’ TIGA KALI-TIGA KALI
أنّ عثمانَ رضى الله عنه قال : أَلَا أُرِيكُمْ وُضُوءَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ثُمَّ تَوَضَّأَ ثَلَاثًا ثَلَاثًا. رواه مسـلم
“Sesungguhnya Utsman r.a berkata:
“Maukah kamu saya beritahu wudhu’nya Rasulullah s.a.w ? Kemudian beliau wudhu’ dengan tiga kali-tiga kali”.HR.Muslim
Menyentuh perempuan Membatalkan wudhu’
أوْلامَسْـتمُ النِسَـــاءَ (النساء ٤٣)
أي لمستم كما في قــراء ة.
(… Atau kamu telah menyentuh perempuan.)
Perempuan itu ada yang muhrim (haram dinikahi), ada yang bukan muhrim (boleh dinikahi). Adapun istri termasuk perempuan yang bukan muhrim karena halal di nikah. Dengan demikian, suami menyentuh istri menyebabkan batalnya wudhu’.
Haram menyentuh al-Qur’an tanpa wudhu’
لا يـَـمَسّـُـهُ إلا المُطـهَّـرُون. (الواقعة ٧٩)
“Tidak menyentuh al-Qur’an
kecuali hamba-hamba yang disucikan”.
وَأَنْ لا يَمـَسَّ القـرانَ إلا طا هِـرٌ.
رواه الدار قطني
“Dan hendaknya tidak menyentuh al-Qur’an kecuali orang yang suci” HR. Ad-Daru Qothni.
Perempuan haid haram diam di masjid
Perempuan yang sedang haid, haram hukumnya berdiam di masjid, sekalipun dia yakin tidak akan mengotorinya. Namun bila hanya melintas saja (tidak berdiam) maka boleh apabila dia yakin tidak akan mengotori masjid, tetapi apabila dia khawatir mengotori masjid, maka haram juga hukumnya melintasi masjid.
عن عائـشة رضي الله عنها،قال ؛
لا أحـِلُّ المَسْجدَ لِحَائِضٍ وَلا لِجـُـنُبٍ.
رواه أبو داود
Dari A’isyah r.a.: Rasulullah s.a.w bersabda:“Aku tidak menghalalkan masjid bagi orang yang haid
dan orang yang junub” HR. Abu Dawud.
عن عائشة رضي الله عنها، قال لي رسول الله صلى الله عليه وسلم :
نَاولنِي الخُمْرَةَ مِنَ المَسجدِ. فقلت إني حا ئض،
فقال : إنّ حَـيْضَـتـَكِ ليَـْسـَت في يَدِكِ . رواه مسلم
Dari Aisyah r.a: Rasulullah s.a.w berkata kepadaku:
“Ambilkan aku sajadah dari masjid “
Aku berkata: Saya sedang haid. Kemudian beliau bersabda:
“Sesungguhnya haidmu itu di luar kemampuanmu”. HR.Muslim.
عن ميمونة رضي الله عنها قالت :
وتـَقـُومُ إحْـدَانا بالخـُمْـرَة إلي المـسْـجد فتـَبْسُـطها وَهيَ حَا ئِض.
رواه النسائي
Dari Maimunah r,a, berkata : “Salah satu dari kami ( istri-istri Nabi s.a.w ) membawakan sajadah ke dalam masjid dan menghamparkannya, padahal ia sedang haid”
Niat dan usholli
عَنْ أَمِيرِ الْمُؤْمِنِينَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رضي الله عنه قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ : إنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ.متفق عليه
Dari Amirul mukminin Umar bin Al-Khothob r.a, berkata: Aku mendengar Rasulullah s.a.w bersabda: “Sesungguhnya keabsahan semua amal (perbuatan) tergantung pada niat.”. HR.Bukhori, Muslim.
Para ulama’ telah sepakat bahwa NIAT dalam shalat, atau ibadah yang lain, hukumnya wajib. (Lihat: Madzahibul arba’ah juz 1.hal 185). Sedangkan melafadzkan niat, menurut Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal hukumnya SUNNAH. Sebab Melafadzkan niat dapat membantu konsentrasi hati dalam mengerjakan kewajiban niat. (Lihat: Madzahibul arba’ah juz 1. hal 188).
عن أنس رضي الله عنه قال ؛
سَمِـعْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يقولُ : لـَبَّـيكَ عُـمْـرَة ً وَحَـجًا.
رواه مسلم. شرح مسلم ج.٨ ص.٢١٦.
Dari Anas r.a. Saya mendengar Rasulullah s.a.w mengucapkan: “Aku sengaja mengerjakan Umrah dan Haji.”. HR.Muslim
Hadits di atas menunjukkan bahwa Rasulullah s.a.w melafadzkan niat haji dan umroh. Imam Syafi’i menganalogkan (qiyas) niat ibadah lain dengan niat haji dan umroh. Dengan demikian, melafadzkan niat dalam semua ibadah hukumnya adalah sunnah berdasarkan hadits di atas.
Takbirotul ihrom itu membaca “ALLOOHU AKBAR” Bukan ngangkat tangannya
عن علي رضي الله عنه قال النبي صلى الله عليه وسلم :
مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الْوُضُوءُ وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ.
رواه أبو داود والترمذي وغيره باسناد صحيح.
Dari Ali r.a: Rasulullah s.a.w bersabda:“Pembuka shalat itu adalah wudhu’, ihromnya shalat itu adalah takbir dan tahlilnya (melepasnya) shalat itu adalah salam”. HR.Abu Dawud
عن أبِي حُمَيْدٍ السَّاعِدِيِّ , قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إذَا اسْتَفْتَحَ الصَّلَاةَ اسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ , وَرَفَعَ يَدَيْهِ وَقَالَ : اللَّهُ أَكْبَرُ.ٍ
رواه ابن ماجه.
Dari Humaid As-Sa’idi, berkata: “Rasulullah s.a.w apabila memulai shalat, beliau menghadap qiblat, lalu mengangkat kedua tangannya, dan membaca ALLAHU AKBAR.HR.Ibnu Majah.
Fatihahnya Rasulullah s.a.w dengan Bismillah…
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : إذَا قَرَأْتُمْ الْحَمْدَ فَاقْرَءُوا : بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ إنَّهَا أُمُّ الْقُرْآنِ وَأُمُّ الْكِتَابِ وَالسَّبْعُ الْمَثَانِي وَبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ إحْدَى آيَاتِهَا.
رواه الدارقطني . وإســنا د ه صحيح
Dari Abu Hurairah r.a, berkata: Rasulullah s.a.w bersabda:“ Jika kalian membaca Alhamdu lillahi robbil ‘alamiin, maka bacalah Bismillahirrohmanirrohim, sesungguhnya ia adalah Ummul Qur’an, Ummul Kitab dan Sab’ul Matsani (tujuh ayat yang di baca berulang-ulang), dan Bismillahirrahmanirrahim itu adalah salah satu ayatnya “.
و عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ َعَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنه فِي قوله تعالى: "وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعًا مِنْ الْمَثَانِي (الحجر ٨٧) " . قَالَ : هِيَ فَاتِحَةُ الْكِتَابِ , قَالَ فَأَيْنَ السَّابِعَةُ ؟ قَالَ ( بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ) رَوَاهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ.
Dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas r.a, tentang tafsir firman Allah S.W.T:"وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعًا مِنْ الْمَثَانِي (الحجر ٨٧) " .
“Dan Sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang. QS: 15: 87
Ibnu Abbas r.a berkata:”Yang di maksud dengan tujuh ayat yang di baca berulang-ulang itu adalah surah Al-Fatihah”. Said bin Jubair bertanya: Lalu mana yang ketujuh? Ibnu Abbas r.a menjawab: “ BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM”. Riwayat Ibnu Majah.
وَعَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رضي الله عنها , أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَرَأَ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ فِي أَوَّلِ الْفَاتِحَةِ فِي الصَّلَاةِ وَعَدَّهَا آيَةً.
رواه إبن خزيمة.
Dari Ummu Salamah r.a: “Sesungguhnya Nabi s.a.w membaca BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM di awal fatihah dalam shalat, dan menganggapnya sebagai ayat (dari surah Fatihah)”. HR. Ibnu Khuzaimah.
Ma’mum wajib membaca fatihah
عن عُبادة بن الصـامت رضي الله عنه قال ؛ كنـّا خلفَ رسـول الله صلى الله عليه وسلم فى صلاة الفجر فَـثـَقـُلت عليه القـراءةُ، فلما انصَرَفَ قال :
لعَلكمْ تقـرَؤُونَ خَلفَ إمَامِكم؟ قلنا: يارسول الله إي والله ، قال :
لا تفعَلـُوا إلا بأمِّ القرْان ، فإنهُ لا صَلاة َلِمَنْ لمْ يَقرَأ بهَا.
رواه أبو داود والنسائي
وفى رواية : فلا تقرؤوا بشئ من القرآن إذا جَهَرْتُ إلا بأم القرآن .
Dari Ubadah bin al-Shamit r.a, berkata :“Kami shalat Fajar di belakang Rasulullah s.a.w dan beliau membaca dengan berat.Selesai shalat,beliau bersabda: “Barang kali kalian membaca sesuatu di belakang imam kalian”? Kami berkata:”Ya, demi Allah”. Beliau bersabda: “Janganlah kalian membaca sesuatu selain ummul qur’an, sesungguhnya tidak sah shalat seseorang yang tidak membacanya”. HR.Abu Dawud dan An-Nasa’i.
Dalam riwayat lain :Bila aku mengeraskan bacaan,maka janganlah kalian membaca al-Qur’an sedikitpun, kecuali Ummul Qur’an .
Membaca rukun qauli dalam shalat, Harus bersuara.
Rukun dalam shalat itu ada yang bersifat gerakan (fi’li), seperti; berdiri, ruku’ sujud dan lain-lain. Ada yang besifat bacaan (qouli), seperti; takbiratul ihrom, bacaan fatihah, tasyahhud/tahiyat akhir, membaca shalawat pada Nabi s.a.w di tahiyyat akhir, dan salam yang pertama. Semua rukun qauli yang ada lima itu harus dibaca, minimal bisa didengar sendiri, jika tidak bersuara, maka belum mencukupi karena tidak di anggap membaca. Demikian pendapat mayoritas ulama’.
Sedangkan membaca rukun qouli di dalam hati saja tanpa di ucapkan, hukumnya tidak sah menurut pendapat semua ulama’. (Lihat: Madzahibul arba’ah juz 1. hal 197)
Qunut dalam shalat subuh
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ قال :
قـُلـْتُ لأنس بن مالك: هَلْ قـَنـَتَ رَسُـول الله صلى الله عليه وسلم فى صَـلاة الصُـبْح؟ قال : نعم، بَـعْدَ الرُكـُوع يَسِيـرٍا. رواه مسلم
Dari Muhamad bin Sirin berkata: “Aku bertanya kepada Anas bin Malik, Apakah Rasulullah s.a.w melaksanakan qunut dalam shalat subuh ? Anas bin Malik menjawab : ”Ya, setelah ruku’, sebentar” . HR.Muslim
عن أنس رضي الله عنه :
أنّ النبيَّ صلى الله عليه وسلم قـَنَتَ شهْرًا يَدْعُو عَلـَيْهمْ ثمَّ تـَرَكَ،
فأمَّا فِى الصُّبْح فـَلَمْ يَزَلْ يَقـْنُتُ حَتـَّى فارَقَ الدُّنيَا.
رواه البيهقي والدار قطني. المجموع جز. ٣.ص ٥٠٤.
Dari Anas r.a: “Sesungguhnya Rasulullah s.a.w melaksanakan qunut selama satu bulan berdo’a atas mereka (orang-orang kafir yang membunuh beberapa sahabat Nabi s.a.w di sumur Ma’unah), kemudian qunut itu beliau tinggalkan. Adapun qunut dalam shalat subuh, beliau terus melaksanakannya
sampai beliau wafat”. HR. Al-Baihaqi dan Ad-Daro Quthni.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ فِي صَلَاةِ الصُّبْحِ فِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ , رَفَعَ يَدَيْهِ فَيَدْعُو بِهَذَا الدُّعَاءِ : اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ ...إلى أخـره...
رواه الحـاكم وصححه.
Dari Abu Hurairah r.a, berkata: “ Nabi s.a.w . ketika bangun dari ruku’ dalam shalat subuh pada raka’at kedua, beliau mengangkat kedua tangannya, lalu berdo’a dengan do’a ini : ALLAHUMMAHDINI FI MAN HADAIT…”. HR.Hakim
Sunnah qunut dalam shalat Witir di separo kedua di bulan Ramadhan
عن الحسن بن على رضي الله عنه قال :
عَـلـَّمَـنِي رسـول الله صلى الله عليه وسلم كـَلِـمـَاتٍ أقـُولـُهُـنَّ فى الوِتـْر
( أللهم اهـْدِ ني فِـيمَـن هـَدَ يْـتَ ..الخ )
رواه أبو داود /١٤٢٥. قال الترمذي (٤٦٤) هذا حديث حسن.
Dari Hasan bin Ali r.a, berkata:
“Rasulullah s.a.w mengajari saya beberapa kalimah yang saya baca dalam shalat witir, yaitu “ Allahummahdini fiman hadait…dst “. HR. Abu Dawud.
Sujud, lutut dulu baru tangan
عن وائـل بن حجـر رضي الله عنه ؛
رَأ يْـتُ النبيَّ صلى الله عليه وسلم إذا سـَجَـدَ وَضَـعَ رُكـْبَتـَيْهِ قَـَبـْل يَـدَيـْهِ وَإذا نـَهـَضَ رَفـَـعَ يَـدَيْهِ قـَبـْلَ رُ كـُبَـتـَيْه .
رواه أبو داود والترمذي والنسائى وغيره .قال الترمذي، هو حديث حسن.
Dari Wa’il bin Hajar r.a, berkata :“Saya melihat Nabi s.a.w apabila sujud, beliau meletakkan kedua lututnya terlebih dahulu sebelum kedua tangannya, dan ketika bangun (dari sujud), beliau mengangkat kedua tangannya sebelum kedua lututnya” . HR.Abu Dawud, At-Turmudzi, An-Nasa’i.
Al-Khathabi berkata ; ”Hadits ini lebih kuat dari pada hadits (yang menjelaskan) MENDAHULUKAN TANGAN.”
(Lihat: AL-Majmu’ juz 3 hal 395 : Maktabah al-Irsyad Jedah)
Tidak sah Sujud pada kain yang ikut bergerak
عن خَبَّاب بن الْأَرَتِّ رضي الله عنه قَالَ :
شَكَوْنَا إلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم حَرَّ الرَّمْضَاءِ فِي جِبَاهِنَا وَأَكُفِّنَا فَلَمْ يَشْكُنَا.
رواه البيهقي ، وإسناده جيد.
Dari Khobbab bin Al-Arotta r.a, berkata: “Waktu kami mengadu kepada Rasulullah s.a.w tentang panasnya tempat sujud pada kening dan telapak tangan kami, maka Rasulullah s.a.w tidak memberi jawaban pada kami”. HR. Al-Bayhaqi.
عن ابن عباس رضي الله عنهما ؛ أن رسـول الله صلى الله عليه وسلم قال : أُمِرْت أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعٍ وَلَا أَكْفِتَ الشَّعْرَ وَلَا الثِّيَابَ : الْجَبْهَةِ وَالْأَنْفِ وَالْيَدَيْنِ وَالرُّكْبَتَيْنِ وَالْقَدَمَيْنِ
رواه مسلم.
Dari Abdullah bin Abbas r.a, berkata : Rasulullah s.a.w bersabda: “Saya diperintahkan sujud dengan tujuh anggota,dan tidak boleh melapisinya dengan rambut atau dengan pakaian. Tujuh anggota tersebut adalah: kening hidung, dua tangan,dua lutut dan dua telapak kaki”. HR.Muslim.
Sujudnya perempuan
tidak sama dengan sujudnya laki-laki
عَنْ زَيْدِ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ : أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم مَرَّ عَلَى امْرَأَتَيْنِ تُصَلِّيَانِ , فَقَالَ : إذَا سَجَدْتُمَا فَضُمَّا بَعْضَ اللَّحْمِ إلَى الْأَرْضِ , فَإِنَّ الْمَرْأَةَ فِي ذَلِكَ لَيْسَتْ كَالرَّجُلِ.
رواه البيهقي ٢/٢٢٣.
Dari Zaid bin Abi Habib: Suatu ketika Rasulullah s.a.w berjalan melewati dua perempuan yang sedang shalat, lalu beliau bersabda : “Jika kamu sujud, maka tempelkanlah bagian tubuhmu ke bawah (bumi), karena dalam hal ini perempuan tidak sama dengan laki-laki”. HR. Al-Bayhaqi.
Duduk Tasyahhud Akhir
عن أبي حُميد رضي الله عنه قال :
فإذا جَـلـَسَ فى الرَكـْعَـتَين جَـلـَسَ على رجْـلِه الـيُـسْرَى وَيـَنْصَبُ اليُمْـنىَ، فإ ذا جَـلـَسَ فى الرَكـْعَة الأخِـيرَة قـَدَمَ رجْـلـَهُ اليُسْرَى وَنـَصَبَ الأخرى وَقـَعَـدَ على مَقـْعَـدَتِهِ .
رواه البخاري . المجموع جز ٣.ص ٤٣١.
Dari Abi Humaid r.a, berkata: ...maka ketika Rasulullah s.a.w duduk di raka’at kedua, beliau duduk di atas kaki kiri,dan meluruskan yang kanan, apabila duduk di raka’at yang terakhir, maka beliau memajukan kaki kiri dan meluruskan yang lain, dan beliau duduk di tempat duduknya”. HR. Bukhori.
Tidak menggerak-gerakkan Telunjuk Ketika Tahiyyat
عن ابن الزبير رضي الله عنهما :
أنه صلى الله عليه وسلم كان يُـشِـيرُ بِالـسَـبـَابَة لا يُحـَرِّكـُها ولا يُجَاوِزُ بَـصَـرُهُ إشـارتـَه.
أخرجه أبو داود ٩٩٠/ والنسـائ ١١٥٩/ وأحمد ٤/٧٢٢. قال في المجموع إسناده صحيح.
Dari Ibnu Zubair r.a:“Sesungguhnya Rasulullah s.a.w (ketika tahiyat) berisyarat dengan jari telunjuknya, tidak menggerak-gerakkannya, dan pandangan beliau tidak melebihi isyaratnya”. HR. Abu Dawud, An-Nasa’i, Ahmad.
Salam itu rukun shalat & harus membaca
“ASSALAMU ‘ALAIKUM WARAHMATULLAH”
عن علي رضي الله عنه قال النبي صلى الله عليه وسلم :
مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الْوُضُوءُ وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ.
رواه أبو داود والترمذي وغيره باسناد صحيح.
Dari Ali r.a: Rasulullah s.a.w bersabda:“Pembuka shalat itu adalah wudhu’, ihromnya shalat itu adalah takbir dan tahlilnya (melepasnya) shalat itu adalah salam”. HR.Abu Dawud
عن ابن مسعود رضي الله عنه ،
أنّ النـَّبيَّ صلى الله عليه وسلم كان يُـسَـلـِّمُ عن يَمـِينـِهِ وَعن شِـمَـالِه حَتـَى يُرَى بَيَـاضُ خـَدِّه : السَّـلام عَـلـَيْـكم ورحمةالله ، السلام عليكم ورحمةالله .
رواه أبوداود/٩٩٦. وقال الترمذي /٢٩٥. حسن صحيح.
Dari Ibnu Mas’ud r.a : Bahwa Nabi s.a.w salam ke kanan dan ke kiri sehingga kelihatan putih pipi beliau, sambil membaca ;
“ ASSALAMU ‘ALAIKUM WARAHMATULLAH, ASSALAMU ‘ALAIKUM WARAHMATULLAH “.HR.Abu Dawud
Bergerak tiga kali membatalkan shalat
وَالأصْـلُ فِي ذلك الإجْمَـاع ، لأنَّ العَمَلَ الكـَثِيرَ يُغـَيِّرُنـَظـْمَهَا وَيُذ ْهِبُ الخُشـُوعَ وَهُوَ مَقـْصُودُهَا. ( كفاية الأخيار . ج ١. ص ١٢٢)
“Dasar hukum dalam masalah batalnya shalat sebab gerakan yang banyak itu adalah Ijma’ ( kesepakatan para ulama’ ). Sebab gerakan yang banyak ,dapat mengubah urutan shalat,dan menghilangkan kekhusu’an, padahal khusu’ itu adalah tujuan shalat”.(Kifayatul Akhyar. Juz. 1. Hal. 122.)
Kemudian para ulama’ berpendapat bahwa tiga gerakan itu tergolong banyak.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم فِي مَسِّ الحَصَى : إنْ كـُنـْتَ فـَا عِلاً فـَمَرَّة ًوَاحِدَة ً.رواه مسلم. كفاية الأخيار
Rasulullah s.a.w bersabda mengenai cara melepas batu kerikil yang menempel pada kening (karena mengenai kening pada saat sujud) dengan mengusap kening (agar jatuh terlepas) : “Kalau kamu mau, lakukan sekali saja” .HR.Muslim
Mengusap wajah setelah salam
قال النووي فى الأذكار:
وروينا فى كتاب ابن السُنِّي عن ابن عباس رضي الله عنه
كَانَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم إِذَا قَـضَى صَلاتـَهُ مَسَحَ وَجْهَهُ بـِيَدِهِ اليُمْنَى...
إعانة الطالبين،دارالفكر ج،١ ص ١٨٤.
Dari Ibnu Abbas r.a.“ Rasulullah s.a.w apabila selesai shalat, beliau mengusap wajahnya dengan tangannya yang kanan”. HR. Ibnu Al-Sunniy
Salaman setelah shalat
عن يزيد بن الأسود رضي الله عنه،
أنـَّهُ صَلىّ الصبحَ مَعَ النبيِّ صلى الله عليه وسلم، وَقال : ثمَّ ثـَارَالناسُ يـَأخـُذونَ بيدِهِ يَمْسَحُونَ بهَا وُجُوهَهُمْ، فـَأخـَذتُ بـِيَدِهِ فـَمَسَحْتُ بها وَجْهِي فوَجَدْتـُها أبْرَدُ مِنَ الثـَّلـْج وَأطيَبُ ريحًا مِنَ المِسكِ.
( الموسوعة اليسوفية في بيان أدلة الصوفية .ص ٦١١)
Dari Yazid bin al-Aswad r.a r.a: Sesungguhnya Yazid bin al-Aswad r.a shalat subuh bersama Nabi s.a.w . Yazid berkata:“Lalu para sahabat bangkit menggait tangan Nabi s.a.w, mengusapkannya pada wajah mereka, kemudian aku turut meraih tangan beliau lalu aku usapkan ke wajahku, maka aku merasakan tangan beliau lebih dingin daripada es, lebih harum daripada misik.
عن أبي جحيفة رضي الله عنه
( ثمّ صلى رسول الله صلى الله عليه وسلم الظهرَ رَكعَـتين وَالعَـصْرَ ركعتين وَبَينَ يَدَيهِ عـنزة تمْرٍ مِنْ وَرَائِها المَرْأةُ وَقامَ النـَّاسُ فجَعَـلوُا يَأخـُذونَ يَدَيْهِ فـَيَمْسَحُونَ بها وُجُوهَهُمْ، قال : فـَأخـَذْتُ بـِيَدِهِ فـَوَضَعْتـُها عَـلى وَجْهِي،
فـَإذًا هِيَ أبْرَدُ مِنَ الثـَلـْج وَأطيَبُ رَائِحَة ً مِنَ المِسْكِ.
أخرجه البخاري/ ٣٣٦٠.
Dari Abi Juhaifah r.a. :Kemudian Rasulullah s.a.w shalat dzuhur dua rakat dan shalat ashar dua raka’at, di tangan beliau ada tongkat, berdirilah para sahabat, lalu mereka menyalami tangan Rasulullah s.a.w , kemudian mengusapkannya pada wajah mereka.” Perawi berkata; “Sayapun bergegas meraih tangan Rasulullah s.a.w, lalu saya tempelkan pada wajah saya, ternyata tangan beliau lebih dingin daripada salju dan lebih harum daripada misik.”
عن البراء بن عازب رضي الله عنه قال ؛ قال رسول الله صلى الله عليه وسلم
مَا مِنْ مُسلِمٍ يَلـْتـَقِيَان فيَتـَصَافحَان إلا غفرلهما قبل أنْ يَفـْترِقا .
أخرجه أبو داود / ٥٢١٢.
Dari Al-Barra’ bin Azib r.a, berkata:“Tidaklah seorang mukmin yang bertemu, lalu bersalam-salaman, kecuali diampuni, sebelum mereka berpisah.” HR.Abu Dawud
قال الإمام الطحاوي فى حاشيته على مراقي الفلاح :
تـُطـْلـَبُ المُصَافـَحَة ُ، وهي سُنـَّة ٌ عـَقِبَ الصلاةِ كلها وَعِند كل لُـقِـي .
Berkata Imam At-Thohawi dalam kitab Hasyiyah Maroqil Falah: “Salaman itu dianjurkan,dan sunnah setiap selesai shalat dan setiap pertemuan.”
Dzikir Jahr (suara keras) setelah Shalat
عن ابن عـباس رضي الله عنه قال :
كـُنـَّا نـَعْـرفُ انـْقِـضَاءَ صَلاةِ رَسُول اللهِ بالتـَّكـْبير.
رواه مسلم / ٥٨٣.
Dari Ibnu Abbas r.a : “Kami mengetahui selesainya shalat Rasulullah s.a.w dengan (mendengar) bacaan takbir.”
عن ابن عباس رضي الله عنه قال:
أنَّ رَفـْعَ الصَوْتِ بالذِّكـْرِ حِـينَ يَنـْصَرفُ النـَّاسُ مِنَ المَـكـْتـُوبَاتِ،
كانَ عَـلى عَـهْـدِ النبيّ ... وَقال؛ كـُنـْتُ أعْـلـَمُ إذا انـْصَرَفـُوا،
بـِذلك، إذا سَمِعْـتـُهُ.
رواه مسلم. شرح صحيح مسلم. ج/٥. ص/٧٢.
Dari Ibnu Abbas r.a, berkata: “Sesungguhnya mengeraskan suara saat dzikir setelah shalat maktubah/fardlu,itu sudah ada pada masa Nabi s.a.w. Ibnu Abbas r.a berkata; “Aku mengetahui kalau mereka selesai (dari shalat berjama’ah)dengan bacaan dzikir itu, karena aku mendengarnya.” HR.Muslim.
DZIKIR BERSAMA
أكثِرُوا ذِكرَاللهِ حَتـَّى يَقـُولَ المُنـَافِقـُونَ إنـَّكمْ مُرَاؤُونَ،
وَفى روايةٍ ؛ حَتـَّى يَقـُولوا مَجْنـُونٌ .
( رواه البيهقي )
“Berdzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya, sampai orang-orang munafiq berkata: “Sesungguhnya kalian adalah orang-orang yang riya’ (pamer). Dalam riwayat lain: sampai mereka berkata: kalian gila”. HR.AL-Bayhaqi.
وعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، وَأَبِي سَعِيدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّهُمَا شَهِدَا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ أَنَّهُ قَالَ: لايَـقـْعُـدُ قـَومٌ يَـذكـُرُونَ اللهَ تـَعَـالى إلا خـَفـَّتهُمُ المَلائكة ُوَغـَشِيَـتـْهمُ الرَّحمة ُ وَنـُزِّلتْ عَـلـَيهمُ السَّـكِينـَة ُوَذكرَهمُ الله ُ فِيمن عِـندَهُ.
( رواه مسلم )
Dari Abu Hurairah r.a dan Abu Sa’id r.a, sesungguhnya mereka berdua menyaksikan Rasululah s.a.w bersabda: “Tidak duduk sekelompok orang dengan berdzikir kepada Allah s.w.t, kecuali mereka di kelilingi malaikat, dilimpahi rahmat, diberi ketenangan hati dan disebut-sebut oleh Allah s.w.t di hadapan para malaikat ”.HR.Muslim
عَنْ مُعَاوِيَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أنّ النبيَّ صلى الله عليه وسلم خـَرَجَ عـَلى حَلـَقـَةٍ مِن أصْحَابـِهِ فـَقال: مَا يُجْـلِسُـكمْ ؟ قالوا جَـلـَسْنـَا نـَذكرُ اللهَ وَ نـَحْمَـدُهُ، فقال :إنـَّهُ أتـَانِي جـِبْريلُ فـَأخْـبَرَنِي بأنَّ اللهَ يُبـَاهِي بكم الملائكة َ. رواه مسلم والترمذي.
Dari Mu’awiyah r.a: Sesungguhnya Nabi s.a.w keluar menemui sahabatnya yang sedang halaqah (duduk membentuk lingkaran). Rasululllah s.a.w bertanya : Sedang apa kalian ? Mereka menjawab: “Kami berkumpul sambil mmbaca dzikir dan mmbaca tahmid kepada Allah.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya Jibril datang kepadaku,memberi tahu bahwa Allah membanggakan kalian di hadapan para malaikat”. HR.Muslim,Turmudzi.
عن أنس بن مالك رضي الله عنه، عن رسول الله صلى الله عليه وسلّم قال: مَامِن قـَومٍ اجْتـَمَعُـوايَـذكرُونَ اللهَ لايُريْدُ بـِذلك ألا وَجُهَهُ تعالى إلانادَاهُمْ مُنادٍ من السماءِ أنْ قـُومُوامَغفـُورًا لكم قدْ بُدِّلتْ سَيِّـئاتِكم حَسَنـَاتٍ.
رواه الطبراني
Dari Anas bin Malik r.a dari Rasulullsh s.a.w, bersabda:Tidak ada sekelompok orang yang berkumpul dengan berdzikir kepada Allah, tidak bermaksud kecuali mencari ridha Allah, kecuali mereka dipanggil oleh malaikat dari langit:“Berdirilah, kalian telah diampuni dan kejelekanmu telah diganti dengan kebaikan.”.HR.At-Thobroni.
Do’a Bersama
وَقالَ مُوسَى رَبَّنـَا إنـَّكَ اَتـَيتَ فِرعَونَ وَمَلأهُ زِيْنـَة ً وَأمْوَالاً فى الحَيـَاةِ الدُ نيَا رَبَّنَا لِيُضِلـُّوا عَنْ سَبـِيلِكَ رَبَّـنـَا اْطمِسْ عَـلىَ أمْوَالِهم وَاشْدُدْ عَلى قـُلُوبـِهم فـَلا يُؤمِنوُا حَتـَّى يَرَوُا العَذابَ الألِيمَ. ( ٨٨)
قَالَ قدْ أُجـِيْبَتْ دَعْوَتـُكمَا فاسْتـَقِيْمَا وَلاَ تَتَّبِعَآنّ سَبِيلَ الَّذِينَ لاَ يَعْلَمُونَ (٨٩) يونس.
Allah s.w.t berfirman: Musa berkata: "Ya Tuhan kami, Sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, Ya Tuhan kami - akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, Maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih." AlIah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui". QS: Yunus:88-89.
عن حَبـِيْبِ بن مَسْـلـَمة َالفِهْـِريِّ وَكـَانَ مُجَابَ الدَّعْـوةِ رضي الله عنه قال؛ سَمِـعْتُ رَسُـولَ الله صلى الله عليه وسلم يَقـُولُ:
لايَجْـتـَمِعُ قـَومٌ مُسْـلِمُونَ يَدْعُـو بَعْـضُهم وَيُؤَمِّـنُ بَعْضُهم إلا اسْـتـَجَابَ اللهُ دُعَاءَهُمْ.
رواه الطبراني فى الكبيروالحاكم فى المستدرك،وقال صحيح على شرط مسلم، وقال الحافظ الهيثمي فى مجمع الزوائد؛ رجاله رجال الصحيح غيرابن لهيعة وهو حسن الحديث.
Dari Habib bin Maslamah al-Fihri r.a, beliau seorang yang dikabulkan do’anya, berkata: Saya mendengar Rasulullah s.a.w bersabda: “Tidaklah berkumpul kaum muslimin, lalu sebagian mereka berdo’a, dan sebagian lainnya mengucapkan amiin,kecuali Allah pasti mengabulkan do’a mereka” . HR.At-Thobroni.
عن يَعْـلىَ بن شَـدَّادٍ قال؛ حَـدَ ثـَني أبـِي وَعُـبَادَةُ بن الصَامِتِ حَاضِرٌ يُصَـدِّ قـُهُ قال ؛ كـُنَّا عِنـْدَ النبيِّ صلى الله عليه وسلم فـَقـَال: هَـلْ فِيْكُم غـَرِيبٌ ؟ يَعْـنِي أهلَ الكِتابِ، فقـُلـْنـَا ؛ لا, يارسولَ اللهِ، فـَأمَرَبـِغـَلقِ البَـابِ وقال : إرْفـَعُوا أيْد يَكم وَقـُولوا" لاإله إلاالله"، فـَرَفـَعْـنا أيْدِ يَنـَا سَاعَة ً، ثمّ قال: أللهمّ أنتَ بَعَـثنِي بِهـَذِةِ الكـَلَمَةِ وَوَعَـدْ تَنِي عَـلـَيْها الجَنـَّة َ وَأنتَ لا تـُخْـلفُ المِيْعَـادَ، ثم قال: أبْشِرُوا فـَقـَدْ غـُفِرَ لكم.
( رواه أحمد بسند حسنه الحافظ زكي الدين المنذري،والطبراني في الكبيروغيرهما).
Dari Ya’la bin Syaddad,berkata: Ayahku bercerita kepadaku, sedang Ubadah bin al-Shamit hadir membenarkannya: Suatu ketika kami bersama Nabi s.a.w . Beliau bertanya: “Apa di antara kalian ada orang asing (maksudnya orang kafir Ahlul kitab)?” Kami menjawab: Tidak ada, ya Rasulallah”. Lalu Rasulullah s.a.w memerintahkan agar mengunci pintu, kemudian bersabda:”Angkatlah tangan kalian dan ucapkan: La ilaha illallah”. Maka kami mengangkat tangan kami beberapa saat, kemudian Rasulullah s.a.w bersabda: “Ya Allah,Engkau telah mengutusku membawa kalimat ini dan Engkau janjikan surga padaku dengan kalimat tersebut, sedangkan Engkau tidak akan mengingkari janji”. Kemudian Rasulullah s.a.w bersabda: “Bergembiralah kalian,karena Allah telah mengampuni kalian”. HR.Ahmad.
TASBIH
عن صَـفِـيـَّـة َ أمِّ المُـؤمِنِين رضي الله عنها قالت: دَ خَـلَ عَـلـَيَّ
رَسُولُ الله صلَّى الله عليه وسلم وَبَـيْنَ يَـدَيَّ أرْبَـعَـة ُ آلافِ نـَواةٍ أُسَـبِّـحُ بـِهَا.
رواه الترمذي
Dari Shafiyyah, Ummil Mu’minin r.a, berkata: “Rasulullah s.a.w menjumpai saya, sedang di tangan saya
ada 4000 biji kurma yang saya gunakan untuk menghitung
bacaan tasbih”. HR. At-Turmudzi.
وَكانَ لِأبِي هُـرَيْرَةَ رضي الله عنه خَـيْطٌ فِيْهِ أَلْفُ عُـْقـدَةٍ
فَلَا يَـنـَامُ حَتَّى يُـسَـبِّحَ بِهِ.
( رواه أبو نعـيم (١/٣٨٣) وهو حسن.)
Abu Hurairah r.a. memiliki benang yang ada 1000 ikatan.
Beliau tidak tidur sebelum bertasbih dengannya. Riwayat Abu Nu’aim.
عن يونس بن عبيد عن أمه قالت ؛
رَأيتُ أبا صَفِـيَّة - رَجُلٌ مِنْ أصْحَابِ النبي صلى الله عليه وسلم
وَكَانَ جَارَنَا- قَالَتْ فَكَانَ يُـسَـبِّحُ بِالحَصَى.
أخرجه أحمد في الزهد.
Dari Yunus bin Ubaid dari ibunya, berkata:“Saya melihat Abu Shafiyyah - seorang sahabat Nabi s.a.w, dan tetangga kami - dia bertasbih menggunakan kerikil”. Riwayat Ahmad.
عن عبد الرحمن قال ؛
كَانَ لِأَبِي الدَّرْدَاء رضي الله عنه نَوَى الـعـَجـْوَةِ في كَيْسٍ،
كَانَ إذا صَـلَّى الغَـدَاةَ أخـْرَجَـهُنَّ وَاحِدَةً وَاحِدَةً يُسَبِّحُ بِهِنَّ حَتَّى يَنْفَـذْنَ.
( أخرجه أحمد في الزهد.)
Dari Abdur Rahman, berkata: “Abu Darda’ r.a memiliki biji kurma ajwah di dalam kantong, ketika shalat subuh dia mengeluarkannya satu persatu sambil bertasbih dengannya sampai habis”. Riwayat Ahmad.
وَأخْـَرجَ اِبْنُ أَبِي شَيْبَةَ عَنْ أبِيْ سَـعِـيدْ الْخُـذْرِي،
أَنَّهُ كَانَ يُـسَـبِّحُ بِالْحَصَى.
Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri: “Sesungguhnya Abu Sa’id al-Khudri bertasbih dengan kerikil”.
Mengangkat kedua tangan ketika berdo’a
عن سلمان رضي الله عنه قال ؛ قال رسـول الله صلى الله عليه وسلم :
إنَّ رَبَّـكـُم حَيٌّ كـَرِيمٌ يَسْـتـَحْيِىيْ عَـبْـدَه إذا رَفـَعَ يَدَ يْهِ إلـَيه
أنْ يَرُ دَّ هُمَا صِـفرًا.
( أخرجه الأربعة الا النسائي . وصححه الحاكم.)
Dari Salman r.a, berkata: Rasulullah s.a.w bersabda: “Sesungguhnya Tuhan kalian Maha Hidup dan Maha Dermawan yang malu pada hambanya bila dia mengangkat kedua tangannya kepada-Nya untuk mengembalikan kedua tangannya dengan kosong”. HR. Abu Dawud, Turmudzi, Ibnu Majah.
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال ؛
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : أَيُّهَا النَّاسُ إنَّ اللَّه تَعَالَى طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إلَّا طَيِّبًا , وَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ , قَالَ عَزَّ وَجَلَّ : يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنْ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ . وَقَالَ : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ . ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إلَى السَّمَاءِ : يَا رَبِّ يَا رَبِّ , وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ . رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Dari Abu Hurairah r.a, berkata: Rasulullah s.a.w bersabda: “Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik, dan sungguh Allah memerintah orang mukmin dengan apa yang diperintahkan-Nya kepada para utusan, lalu Allah berfirman: “ Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya aku Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.,Dan Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu”. Kemudian Rasulullah s.a.w menyebutkan seseorang yang sedang pergi jauh, kusut rambutnya juga berdebu mukanya, ia mengangkat kedua tangannya ke langit sambil berdo’a “Wahai Tuhanku. .Wahai Tuhanku..,sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan dia disuapi dengan makanan haram, maka bagaimana bisa terkabul permohonannya” ? HR.Muslim.
Mengusap wajah setelah berdo’a
عن عمر بن الـخطاب رضي الله عنه قال ؛
کانَ رَسُـولُ الله صلى الله عليه وسلم إذا رَفـَعَ يَدَ يْهِ فِيْ الدُّعَاءِ
لَمْ يَـحُـطَّـهُمَا حَتَّى يَمْسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ.
رواه الترمذي .
Dari Umar bin al-Khathab r.a, berkata:
“ Apabila Rasulullah s.a.w mengangkat kedua tangannya dalam berdo’a, beliau tidak menurunkannya sampai beliau mengusapkan kedua tangannya pada wajah”.HR.Turmudzi.
HADITS DHA’IF
قال الحافظ ابن الحجر:
قـَدِ اتـَّفـَقَ العُـلَمَاءُ عَـلَى جَوَازِالعَمَـل بِالحَدِيثِ الضَّـعِيفِ فِي فـَضَائِل العَمَلِ. ( فتح المبين. ص ٣٢ )
Berkata Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqolani: “Sungguh para ulama’ telah sepakat atas bolehnya mengamalkan hadits dha’if dalam fadhailul ‘amal (keutamaan amal)”. (Lihat: Fathul Mubin. Hal. 32).
قَالَ العُلَمَاءُ مِنَ المُحَدِّثِيْنَ وَالفُقَهَاءِ وَغَيْرِهِمْ :
يَجُوْزُ وَيُسْتـَحَبُّ العَمَلُ فِي الفَضَائِلِ وَالتَّرْغِيْبِ وَالتَّرْهِيْبِ بِالْحَدِيْثِ الضَّعِيْفِ مَالَمْ يَكُنْ مَوْضُوْعًا، وَأَمَّا الأَحْكَامُ كَالْحَلَالِ وَالْحَرَامِ وَالْبَيْعِ وَالنِّكَاحِ وَالطَّلَاقِ وَغَيْرِ ذَلِكَ فَلَا يُعْمَلُ فِيْهَا إِلَّا بِالْحَدِيْثِ الصَّحِيْحِ أَوْالحَسَنِ. ( قاله النووى في الأذكار ص ٧)
Para ulama’ ahli hadits, ahli fiqh dan yang lain berkata: “Boleh, bahkan sunnah mengamalkan hadits dha’if, asal bukan hadits maudhu’, dalam fadhail (keutamaan), targhib (amal yang di anjurkan) dan tarhib (perbuatan yang hendaknya di jauhi). Adapun untuk menetapkan hukum, seperti hokum halal, haram, jual beli, nikah, talak dan lainnya, maka tidak boleh,kecuali dengan hadits shahih atau hasan”. Demikian di katakan oleh Imam Nawawi dalam kitab Al-Adzkar. Hal. 7.
Adzan jum’ah
وَعَنِ السـَّائِبِ بن يَزِيدَ رضي الله عنه قال : كـَانَ النِدَاءُ يَومَ الجُمُعَةِ أوَّلـُهُ إذا جَـلـَسَ الإمَامُ عَلى المِنـْبَرِعلى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَأبي بَكرٍ وَعُمَرَ رضي الله عَنهُمَا، فـَلـَمَّا كـَانَ عُثـْمَانُ رضي الله عنه وَكـَثـُرَ النـَّاسُ زَادَ النِدَاءَ الثـَّالِثَ على الزَّوْرَاءِ وَهِيَ دَارٌ في سُوقِ المَدِينـَةِ .
( رواه البخاري )
Dari Al-Saib bin Yazid ra berkata: “Pada masa Rasulullah s.a.w , Abu Bakar, dan Umar, adzan jum’ah pertama dilakukan setelah imam duduk di atas mimbar, kemudian pada masa Utsman, karena mayrakat semakin banyak, maka beliau menambah adzan ketiga di atas Zaura’, yaitu nama tempat di pasar Madinah”. Riwayat Bukhori.
Shalat Qobliyyah jum’ah
عَنْ عَبْدِ الله بن مُغَفَّـل قَالَ : قَالَ رَسُولُ الله صَلَّى الله عليه وسلم ؛
بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَـلَاة ٌ. متفق عليه.
Dari Abdullah bin Mughffal r.a, berkata: Rasulullah s.a.w bersabda: “Di antara dua adzan (adzan dan iqomah) ada shalat”. HR.Bukhori, Muslim.
عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ , قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُصَلِّي قَبْلَ الْجُمُعَةِ أَرْبَعًا , وَبَعْدَهَا أَرْبَعًا. رواه الطبراني.
Dari Abu Ubaidah dari Ibnu Mas’ud r.a, berkata: “Rasulullah s.a.w shalat empat rakaat sebelum shalat jum’at, dan empat raka’at setelah shalat jum’at”. HR.Al-Thobroni.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ : جَاءَ سُلَيْكٌ الْغَطَفَانِيُّ وَرَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَخْطُبُ. فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: أَصْلَيْت قَبْلَ أَنْ تَجِيءَ؟ قَالَ :لَا . قَالَ: فَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ وَتَجَوَّزْ فِيهِمَا. أخرجه إبن ماجه بإسناد صحيح.
Dari Abu Hurairah r.a, berkata: Sulaik al-Ghothofani datang pada saat Rasulullah s.a.w sedang khutbah, lalu Rasulullah s.a.w bersabda :” Apakah kamu sudah shalat sebelum datang ke sini ?” Sulaik menjawab: Belum. Kemudian Rasulullah s.a.w bersabda: “Shalatlah dua rakat dan ringankanlah”.HR.Ibnu Majah.
Shalat yang dimaksdukan Rasulullah s.a.w dalam hadits di atas adalah shalat Qabliah Jum’ah. Sebab shalat Tahiyatul Masjid tidak boleh dikerjakan sebelum datang ke masjid, sedangkan yang ditanyakan Rasulullah s.a.w: “ Apakah kamu sudah shalat sebelum datang ke sini?”.
Khatib Sunnah Memegang Tongkat
عن الحَكـَمِ بن حَزْنٍ رضي الله عنه قال : شـَهِـِدْنـَا الجُمُعَة َ
مَعَ النبيِّ صلى الله عليه وسلم فـَقـَامَ مُتـَوَكِـّئـًا عَـلى عَـصًا اوْ قـَوْسٍ.
( رواه ابو داود / إبانة الاحكام ج ٢.ص ٧٦)
Dari Hakam bin Hazm r.a, berkata: “Kami menghadiri shalat jum’ahbersama Nabi s.a.w . lalu beliau berdiri (khutbah) dengan memegang tongkat atau busur panah”.HR.Abu Dawud.
عن ابن جُرَيْجٍ قَالَ: أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِأنـَّهُ سَمِعَ جَابـِر بن عبدالله يَقـُولُ:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلّم إذَا خَطَبَ يَسْتَنِدُ إلَى جِذْعِ نَخْلَةٍ مِنْ سَوَارِي الْمَسْجِدِ فَلَمَّا صُنِعَ الْمِنْبَرُ وَاسْتَوَى عَلَيْهِ اضْطَرَبَتْ تِلْكَ السَّارِيَةُ كَحَنِينِ النَّاقِةِ حَتَّى سَمِعَهَا أَهْلُ الْمَسْجِدِ حَتَّى نَزَلَ إلَيْهَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلّم فاعْتَنَقَهَا فَسَكَتَتْ.
رواه النسائي.
Dari Ibnu Juraij, berkata: Abu Zubair bercerita kepadaku bahwa dia mendengar Jabir bin Abdullah berkata: “Rasulullah s.a.w apabila berkhotbah bersandar kepada pelapah kurma yang menjadi salah satu pilar masjid. Kemudian ketika sudah di buatkan mimbar dan Rasulullah s.a.w berdiri di atasnya, pilar pelapah kurma tersebut berguncang dan merintih layaknya suara rintihan onta sampai terdengar oleh orang-orang yang hadir di masjid, kemudian Rasulullah s.a.w turun dari mimbar itu lalu Rasulullah s.a.w memeluknya, maka pilar itu diam”.HR.An-Nasa’i.
Khatib mengangkat kedua tangan
ketika berdo’a
عن أنس رضي الله عنه :
رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَرْفـَعُ يَـدَيْـهِ فِى الدُّعَـاءِ،
حَتـَّى يُرَى بَيَـاضُ اِبْطـَيْهِ.
( رواه مسلم.٨٩٥/ شرح صحيح مسلم ج.٦. ص ١٦٧/ في باب رفع اليدين بالدعاء فى الاستسقاء)
Dari Anas r.a : “Saya melihat Rasulullah s.a.w mengangkat kedua tangannya ketika berdo’a, sampai tampak putihnya kedua ketiak beliau”.HR. Muslim.
قال الامام النووي :
قـَدْ ثـَبَتَ رَفـْعُ يَـدَيْهِ صلى الله عليه وسلم فِى الدُّعَاءِ فِى مَوَاطِنَ غـَيْرِالاِسْتِسْـقاءِ وَهِيَ أكـْثـَرُ مِنْ أنْ تـُحْصَرَ، وَقـَدْ جَمَعْتُ مِنـْهَا نـَحْوًا مِنْ ثـَلاثِينَ حَدِيْثـًا مِنَ الصَحِيحَيْنِ اوْ أحَدِهِمَا، وَذكـَرْتـُهَا فِي أوَاخِرِ بَابِ صِفـَةِ الصَّلاةِ مِنْ شـَرْحِ المُهَذ َّبِ.
( شرح صحيح مسلم .ج ٦. ص ١٦٧).
Imam Al-Nawawi berkata: “Sungguh banyak hadits yang menjelaskan bahwa Rasulullah s.a.w mengangkat kedua tangannya ketika berdo’a selain dalam do’a istisqa’,dan saya telah menghimpun sekitar tiga puluh hadits dari hadits shahih Bukhoridan Muslim atau salah satunya, dan aku sebutkan pada akhir bab rukun shalat dari kitab Syarah Al-Muhadzab ”. (Lihat: Syarh Shahih Muslim. Juz. 6. Hal.168).
Setelah shalat jum’ah membaca fatihah dan muawwidzat tujuh kali-tujuh kali
عن عائشة رضي الله عنها، قالت: قال رسول الله:
مَنْ قـَرَأ بَعْدَ صَلاةِ الجُمْعَةِ "قل هوالله أحد" وَ"قل أعوذ برب الفلق" وَ "قل أعوذ برب الناس" سَبْعَ مَرَّاتٍ, أعَـاذ َهُ الله ُ بـِهَا مِنَ السُّوءِ إلى الجُمْعَةِ الأخـْرى.
( رواه ابن السني ، حديث حسن )
Dari Aisyah r.a, berkata: Rasulullah s.a.w bersabda: “Barang siapa membaca surah qul huallahu ahad, qul a’udzu birobbil falaq dan qul a’udzu birobbinnas setelah shalat jum’ah, maka Allah menjaganya dari kejelekan sampai jum’at yang lain(berikutnya)”.HR.Ibnu Al-Sunni.
عن أنس رضي الله عنه قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: : مَنْ قـَرَأ إذا سَـلـَّمَ الإمَامُ يَومَ الجُمْعَةِ قـَبْلَ أنْ يَثـْنِيَ رِجْلـَيْهِ فـَاتِحَة َالكِتـَابِ وَقل هوالله احد و قل أعوذ برب الفلق وقل أعوذ برب الناس سَبْعًا سَبْعًا، غـُفِرَ لـَهُ مَا تـَقـَـدَّمَ مِنْ ذ َنـْبـِهِ وَمَا تـَأخـَّرَ.
رواه أبو الأسعد القشيري فى الأربعين. حديث حسن.
Dari Anas r.a, berkata: Rasulullah s.a.w bersabda: .
“Barang siapa yang setelah imam salam di hari jum’at (shalat jum’at), sebelum melipat kedua kakinya, membaca Fatihatul kitab, Qul huallahu ahad, Qul a’udzu birobbil falaq dan Qul a’udz birobbinnas, tujuh kali-tujuh kali, maka dia diampuni dosa-dosanya yang sudah lalu dan yang akan datang”.HR.Abu Al-As’ad Al-Qusyairi dalam Hadits Arbain.
Khuthbah lebaran dua kali
خـُطـْبَتـَا العِـيْدَيْن سُـنـَّة ٌ بـِاتِـّفـَاق
( مَذاهب الاربعة. ج ١، ص ٣٠٣ )
“Khuthbah dua kali di hari raya hukumnya sunnah, dengan kesepakatan ulama”. (Lihat:Madzahibul Arba’ah. Juz. 1. Hal. 303).
( أمَّا الاحكام ) فـَيُسَـنُّ بَعْـدَ صَلاةِ العِـيْدِ خـطبتان عَلى مِنـْبَرٍ
( المجموع شرح المهذب.ج ٥، ص ٢٨. مكتبة الارشاد )
“Adapun hukum-hukumnya, maka sunnah setelah shalat ‘id khutbah dua kali di atas mimbar”. (Lihat: Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab. Juz. 5. Hal. 28).
Mengqadla’ shalat
‘Ulama’ Ahlussunnah wal-Jama’ah telah sepakat bahwa orang yang meninggalkan shalat fardlu, WAJIB mengqadla’nya, baik meninggalkannya dengan tidak sengaja, atau dengan sengaja. (Lihat:Madzahibul Arba’ah. Juz 1. Hal. 417).
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : مَنْ نَسِيَ صَلَاةً فَلْيُصَلِّهَا إذَا ذَكَرَهَا لَا كَفَّارَةَ لَهَا إلَّا ذَلِكَ
رواه مسلم. ( شرح مسلم ج ٥ ص١٩٣)
Dari Anas bin Malik: Sesungguhnya Nabi s.a.w bersabda: “Barang siapa yang lupa shalat, maka ia wajib mengqodlo’nya apabila ia ingat, tidak ada tebusan lain, kecuali dengan mengqadla”.HR.Muslim.
عن جابر رضي الله عنه ؛
أنٍّ عمرَ بنَ الخطابِ جَاءَ يَومَ الخـَنـْدَقِ بَعْـدَمَا غـَرَبَتِ الشـَمَسُ فـَجَـعَلَ يَسُبُّ كـُفـَّارَقـُرَيشٍ، قال : يارسولَ اللهِ مَا كِدْتُ أصَلـِّي الـعَصْرَ حَتـَّى كادَتِ الشمْسُ تـَغرُبُ، قال النبيُّ صلى الله عليه وسلم : وَاللهِ مَاصَلـَّيْتـُها. فـَقـُمْنا إلى بُطْحَانَ فـَتـَوَضَّأ لِلصّلاة وَتـوَضّْـأنا لها فـَصَلـَّى العَصْرَ بَـعْدَمَا غـَرَبَتِ الشمسُ ثمَّ صلـَّى بعدها المغربَ.
( متفق عليه.)
Dari Jabir r.a: Sesungguhnya Umar bin Khoththob datang kepada Nabi s.a.w ketika Perang Khandaq sesudah terbenam matahari,ketika itu Umar memaki-maki kafir Quraisy. Umar bin Khoththob berkata : “Saya hampir tidak shalat Ashar sampai matahari terbenam” .Nabi s.a.w menjawab:“Demi Allah saya juga belum shalat Ashar”. Lalu kami berangkat ke Buthhan, kemudian Nabi s.a.w wudhu’, kami juga wudhu’, dan shalat Ashar setelah terbenamnya matahari, kemudian shalat Maghrib”. HR.Bukhori, Muslim.
SHALAT TARAWIH
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ الْقَارِيَّ , قَالَ : خَرَجْتُ مَعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ - رضي الله تعالى عنه - لَيْلَةً فِي رَمَضَانَ إلَى الْمَسْجِدِ , فَإِذَا النَّاسُ أَوْزَاعٌ مُتَفَرِّقُونَ , يُصَلِّي الرَّجُلُ لِنَفْسِهِ , وَيُصَلِّي الرَّجُلُ فَيُصَلِّي بِصَلَاتِهِ الرَّهْطُ , فَقَالَ عُمَرُ : إنِّي أَرَى لَوْ جَمَعْتُ هَؤُلَاءِ عَلَى قَارِئٍ وَاحِدٍ لَكَانَ أَمْثَل , ثُمَّ عَزَمَ فَجَمَعَهُمْ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ , ثُمَّ خَرَجْت مَعَهُ لَيْلَةً أُخْرَى وَالنَّاسُ يُصَلُّونَ بِصَلَاةِ قَارِئِهِمْ , فَقَالَ : نِعْمَتْ الْبِدْعَةُ هَذِهِ.
( رواه البخاري )
Dari Abdurrahman bin Abdul al-Qori, berkata: Saya ke masjid bersama Umar bin Khathab r.a pada waktu malam hari di bulan ramadhan,ternyata orang-orang bercerai-berai, ada yang shalat (taraweh) sendiri-sendiri, ada yang shalat (taraweh) sendiri lalu ada yang mengikuti, kemudian Umar berkata : “Aku punya ide, seandainya shalat ini disatukan pada satu imam saja, tentu akan lebih baik”. Kemudian Umar r.a bermaksud melaksanakan idenya itu dengan menunjuk Ubai bin Ka’b r.a sebagai imam shalat (taraweh). Kemudian pada malam berikutnya,aku dan beliau keluar lagi, sedangkan orang-orang shalat (taraweh) berjama’ah mengikuti imam mereka, Umar r.a berkata:
“Sebaik-baiknya bid’ah adalah yang demikian ini”.HR.Bukhori.
عن يزيد ابن رُمَانَ انه قال :
كان الناسُ يَقـوُمُونَ فى زمان عمرابن الخطاب بثـَلاثٍ وَعِشرينَ رَكعة (رواه الإمام مالك/ المؤطأ ج ١،ص ١٢٨)
Dari Yazid bin Ruman, berkata: “Pada masa Umar bin Khathab r.a, orang-orang mengerjakan shalat 23 raka’at”. Riwayat Imam Malik.
انهم يَقـُومُونَ على عَهْدِ عُمَر رضي الله عنه فى شهرِ رَمَضَانَ بعِشرين رَكعَة ً. ( رواه البيهقي )
“Sesungguhnya mereka (sahabat) pada masa Umar ra. mendirikan shalat di bulan ramadhan 20 raka’at”.Riwayat Al-Bayhaqi.
BID’AH HASANAH
عن جريربن عبد الله البَجَلِيِّ قال ؛ قال رسَول الله صلى الله عليه وسلم:مَن سَـنَّ فى الإسْـلام سُـنَّـة ًحَـسَـنَـة فـَلـَهُ أجْـرُها وَأجْـرُ مَن عَـمِـلَ بِـها بَعْـدَه مِن غـَيرِأنْ يَنــْقـُصَ مِن أُجُـورِهِم شَيْءٌ، وَمـَن سَـنَّ فى الإسْـلام سُـنـَّـة ً سَـيِّـئـَه ً كانَ عَـلـَيهِ وِزْرُها وَوِزْرُ مَن عَـمِـلَ بـِها مِن بَـعْـدِهِ مِن غـَيرِأنْ يَـنـْقـُصَ مِن أوْزَرِهِم شَيءٌ.
رواه مسلم (١٠١٧)
Dari Jarir bin Abdullah al-Bajali r.a, berkata : Rasulullah s.a.w bersabda : “Barang siapa yang memulai perbuatan baik dalam Islam, maka ia akan memperoleh pahalanya serta pahala orang-orang yang melakukan sesudahnya tanpa dikurangi sedikitpun dari pahala mereka, dan barang siapa memulai perbuatan jelek dalam Islam, maka ia akan memperoleh dosanya dan dosa orang-orang yang melakukan sesudahnya tanpa dikurangi sedikitpun dari dosa mereka”. HR.Muslim.
عن عبد الرحمن بن أبي ليلـَى قال ؛
كان النَّـاسُ على عَـهْـدِ رسـولِ الله صلى الله عليه وسلم إذا جَاءَ الرَجُـلُ وَقـَدْ فـَاتـَهُ شَيْءٌ منَ الصَّـلاةِ أشـَارَ إلـَيهِ النـَّاسُ فـَصَلـَّى مَا فـَاتـَهُ ثـُمَّ دَخَـلَ فى الصَّـلاةِ ، ثـُمَّ جَـاءَ يَـومًا مُـعَـادٌ بنُ جَـبَـلٍ فـَأشـَارُوا إلـَيهِ فـَدَخـَلَ وَلَمْ يَنـْتـَظِـر مَا قالـُوا، فـَلـَمَّـا صَلَّى النـَّبيَّ صلى الله عليه وسلم ذكـَرُوا لـَهُ ذلك فقال لهُمُ النبيُّ صلى الله عليه وسلم : سَـنَّ لـَكـُمْ مُـَعَـا ذٌ.
وَفى رٍوايةِ سَـيّدِنا مُـعَـاذٍ بنِ جَـبَـلٍ :
إنَّهُ قـَدْ سَـنَّ لكم مُعَـاذٌ فـَهَكذا فـَاصْنـَعُـوا.
(رواه أبو داود وأحمد، وابن أبي شيبة، وغيرهم.
وقد صححه الحافظ ابن دقيق العيد والحافظ ابن حزم.)
Dari Abdurrahman bin Abi Laila berkata: Pada masa Rasulullah s.a.w apabila seseorang datang terlambat beberapa raka’at mengikuti shalat berjama’ah, maka orang-orang yang lebih dulu datang akan memberi isyarat kepadanya tentang rakaat yang telah dijalani, sehingga orang itu akan mengerjakan raka’at yang tertinggal itu terlebih dahulu kemudian masuk kedalam shalat berjama’ah bersama mereka. Pada suatu hari Muadz Bin Jabal r.a datang terlambat,lalu orang-orang mengisyaratkan kepadanya tentang jumlah raka’at shalat yang telah dilaksanakan, akan tetapi Mu’adz langsung masuk dalam shalat berjama’ah dan tidak menghiraukan isyarat mereka. Setelah Rasulullah s.a.w selesai shalat,mereka melaporkan perbuatan Mu’adz bin Jabal yang berbeda dengan kebiasaan mereka. Lalu beliau menjawab: “Mu’adz telah memulai cara yang baik buat shalat kalian.”
Dalam riwayat Mu’adz bin Jabal:”Sesungguhnya Mu’adz telah memulai cara yang baik buat kalian. Begitulah yang harus kalian kerjakan”.HR.Abu Dawud, Ahmad.
قال الإمَامُ أحْمَدُ بنُ حَنبلٍ :
إنـِّي لأَدْعُواللهَ لِلشـَافِـعِيِّ فى صَلاتِي مُـنـْذ ُ أرْبَعِـينَ سَـنـَة ً، أقـُولُ : اللهم اغـْفِرْلي وَلِوالِدَيَّ وَلِمُحَمَّدِ بنِ إدْرِسَ الشافِعِيِّ.
( الحافظ البيهقي، مناقب الإمام الشافعي،٢/٢٥٤)
Al-Imam Ahmad bin Hanbal berkata : “Saya mendo’akan Al-Syafi’i dalam shalat saya selama empat puluh tahun.
Saya berdo’a: “Ya Allah ampunilah aku, kedua orang tuaku dan Muhamad bin Idris al-Syafi’i.”
Jelas do’a itu tidak diajarkan Rasulullah s.a.w .
Syekh Ibnu Taimiyah
Setiap selesai shalat Subuh melakukan dzikir, lalu membaca surah Al-Fatihah berulang-ulang sampai matahari tinggi, sambil mengangkat kepalanya menghadap langit. (Lihat: Umar bin Ali Al-Bazzar: Al-A’lam Al’Aliyah Fi Manaqibi Ibni Taymiyah. Hal. 37-39)
Padahal Rasulullah s.a.w tidak pernah melakukan amalan seperti itu.
MACAM-MACAM REDAKSI SHALAWAT NABI S.A.W
إنَّ اللهَ وَمَـلائكته يُصَـلـُّونَ عـلى النبيِّ يا أيُّهَا الذين أمَنـُوا صَلوُّاعَـلـَيه وَسَلِمُوا تسليمًا. ( الاخزاب ٥٦)
”Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat atas Nabi s.a.w,Wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah atas Nabi s.a.w, dan salamlah dengan salam yang sempurna.”
--------------------------------------------------------
A. SHALAWAT ABDULLAH BIN MAS’UD
Dari Abdullah bin Mas’ud r.a, berkata : “Apabila kalian bershalawat kepada Rasulullah s.a.w, maka buatlah redaksi shalawat yang bagus kepada beliau, barangkali shalawat kalian diberitahukan kepada beliau.” Mereka bertanya, “Ajarilah kami.” Beliau menjawab :
قـُولوا : اللهمَّ اجْعَـلْ صَلـَوَاتِـكَ وَرَحْمَتـَكَ وَبَرَكـاَتِكَ عَـلىَ سَيِّـدِ المُرْسَلِين وَإمام المُتـَّقِين وَخـَاتم النبيّينَ مُحَمَّدٍ عَـبدِكَ وَرَسُولِكَ إمام الخـَيرِ وَقـَائِد الخـَير وَرَسُولِ الرحْمَةِ، اللهم ابْـعَثـْهُ مَقـَامًا مَحْمُودًا يَـغـْبِطـُهُ بهِ الأوَّلـُونَ وَالأخِرُونَ.
) حديث حسن رواه ابن ماجه (٩٠٦) والطبراني فى المعجم (٩/١١٥) وغيرهما. وذكره الشيخ ابن القيم فى جلاءالأفهام (ص/ ٣٦)
B. SHALAWAT ALI BIN ABI THALIB
Salamah al-Kindi berkata: “Ali bin Abi Thalib k.w mengajarkan kami cara bershalawat kepada Nabi s.a.w dengan berkata :
اللهم دَاحِيَ المَدْحُوَّاتِ وَبارئَ المَسْمُوكاتِ وَجَبَّـارَالقـُلـُوبِ
عَـلى فِطرَتِها شـَقِيِّها وَسَعِـيدِها اجْعَـلْ شـَرَائِفَ صَلوَاتِكَ وَنـَوَامِيَ بَرَكاتِكَ وَرَأفـَة َ تـَحَـنـُّنِكَ عَـلى مُحَمَّدٍ عَـبْدِكَ وَرَسُولِكَ الفـَاتِحِ لِمَاأُغـْلِقَ...الخ. ”
)رواه سعيد بن منصور، وابن جرير، والطبراني، رِجَالهُ رجَالُ الصحيح.(
وَقال الحافظ ابن كثير: وَهذا مشهورٌ من كلام عـلي رضي الله عنه.
C. SHALAWAT ABDULLAH BIN ABBAS
Ibn Abbas r.a apabila bershalawat pada Nabi s.a.w,
beliau berkata:
اللهم تـَقـَبّـلْ شَفـَاعَـة َمُحَمَّدٍالكـُبْرَى وَارْفعْ دَرَجَتـَهُ العُـلْيَا وَأعْـطِهِ سُؤْلـَهُ فى الأخِرَةِ وَالأوْلى كما أتـَيْتَ إبْرَهِيمَ وَمْوسى.
)رواه عبد بن حميد. وعبد الرزاق. واسماعيل القاضي.(
وذكر ابن القيم فى جلاء الأفهام.
وقال الحافظ السخاوي: إسناده جيد قوي صحيح.
D. SHALAWAT AL- HASAN AL-BASRI
Al-Hasan al-Basri (Tabi’in) mengatakan :
“Barang siapa berkeinginan minum dengan gelas yang sempurna dari telaga Nabi s.a.w , maka bacalah :
اللهم صَلِّ عَـلى مُحَمَّدٍ وَعَـلى آله وَأصْحَابـِهِ وَأوْلادِهِ وَأزْوَجـِهِ
وَذ ُرِّيَّتِه وَأهْـل بِيْتِهِ وَأصْهَارهِ وَأنـْصَارهِ أشـَيَاعِـهِ وَمُحِبِّـهِ وأمَّتِـهِ وَعَـلـَينا مَعَـهم أجْمَعِـينَ ياأرحم الراحمين.“
(ذكره الحافظ السخاوي فى القول البديع . ص. ٤٧)
E. SHALAWAT IMAM AL-SYAFI’I
Abdullah bin al-Hakam berkata; “Aku bermimpi bertemu Imam al-Syafi’i setelah beliau meninggal.Aku bertanya: “Bagaimana perlakuan Allah kepadamu ?” Beliau menjawab: “Allah mengasihiku dan mengampuniku”.Lalu aku bertanya kepada Allah: “Dengan apa aku memperoleh derajat ini ?” Lalu ada orang yang menjawab: “Dengan shalawat yang kamu tulis dalam kitab Al-Risalah, yaitu:
صَلى اللهُ عَـلى مُحَمَّدٍ عَـدَدَ مَا ذكرَهُ الذاكرُونَ وَعَـدَدَ مَا غـَفـَلَ عَـن ذِكرهِ الغـَافِـلـُونَ.
Abdullah bin al-Hakam berkata: “Pagi harinya aku lihat kitab Al-Risalah, ternyata shalawat di dalamnya sama dengan yang aku lihat dalam mimpiku.”
Kisah ini diriwayatkan oleh banyak ulama’ seperti Ibn al-Qoyyim, dalam kitab Jala’ulAfham hal 230, al-Hafidz al-Sakhowi dalam kitab Al-Qoulul Badi’ hal 254 dan lain-lain.
SAYYIDINA MUHAMAD.
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال؛ قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
أنا سَـيِّدُ وَلـَدِ أدَ مَ يَومَ القِيَـا مَـةِ... الحديث .
(رواه مسلم . شرح مسلم ج ١٥ ص ٣٧)
Dari Abu Hurairah r.a, berkata: Rasulullah s.a.w bersabda: “Saya adalah sayyidnya (tuannya) anak Adam di hari Kiamat…”. HR.Muslim.
عن أبي سعيد الخدري قال ؛ قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
أنا سَـيِّـدُ وَلـَدِ أدمَ وَبـِيَـدِي لِوَاءُ الحمدِ وَلا فَخْرَ... الحديث.
(رواه الترمذي . صحيح الترمذي ج ١٣ ص ١٠٢-١٠٣)
Dari Abu Sa’ig Al-khudri r.a, berkata: Rasulullah s.a.w bersabda: “Saya adalah sayyidnya anak Adam, dan di tangan saya panji-panji pujian, bukan karena bangga (sombong)…” HR. Turmudzi.
أمَّا حديثُ ؛ ( لاتـُسَـيِّدُوني فى الصلاةِ ) فـَبَاطِلٌ ، لا أصلَ لهُ،
كما قالهُ بَعْـضُ مُتأخِرى الحفاظ.
(نهاية المحتاج. ج ١ ص ٥٠٩)
“Adapun hadits (jangan sayyidkan aku dalam shalat) Hadits itu bathil, tidak ada asalnya sama-sekali, demikian penjelasan sebagian ahli hadits muta’akhirin”. (lihat: Nihayatul Muhtaj. Juz. 1.Hal. 509).
MAULID NABI S.A.W
قال الله تعالى :
وَمَا أرْسَـلـْناكَ إلا رَحْمَـة ً لِلـعَالـَمِين. ( الأنبياء . ١٠٧)
“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” .QS:Al-Anbiya’: 107.
وَقال النبي صلى الله عـليه واله وسلم :
إنـَّمَا أنا رَحْمَـة ٌمُـهْـدَاة ٌ.
(أخرجه الحاكم ١/٩١. وصححه)
Rasulullah s.a.w bersabda: “Aku hanyalah rahmat yang dihadiahkan”. HR.Muslim.
وَقال تعالى :
قـُلْ بـِفـَضْـل اللهِ وَبـِرَحْمَـتِهِ فـَبـِذلك فـَليَـفَرَحُوا.
(يونس . ٥٨)
“Katakanlah Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya
hendaklah dengan itu mereka bergembira”. QS:Yunus:58
وَقال تعالى :
قال عِيسَى بْنُ مَرْيَمَ اللهم رَبَّـنا أنـْزِلْ عَـلـَيْنا مَائـِدَة ً مِنَ السَّـمَاءِ تـَكـُونُ لنا عِـيدًا لأوَّلِـنا وَأخـِـرنا وَأيَـة ً مِنـْكَ وَارْزُقـْنا وَأنتَ خـَيْرُ الرَّازقِين.
(المائدة . ١١٤)
“Isa putra Maryam berdo’a: “Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang akan datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau,dan beri rizkilah kami, dan Engkaulah pemberi rizki yang paling utama”. QS: Al-Ma’idah: 114.
فـَقـَدْ جَاءَ فِي البُخَارى
( أنـَّهُ يُخـَفـَّفُ عَنْ أبي لـَهَبٍ كـُلَّ يَوْم الإثـْنـَيْنِ بـِسَبَبِ عِتـْقِهِ لِثـُوَيْبَة َجَارِيَتِهِ لـَمَّا بَشـَرَتـْهُ بـِوِلادَةِ المُصْطـَفىَ صلى الله عليه وسلم )
وَهَذَاالخـَبَرُ رواه لبخارى فى الصحيح فى كتاب النكاح معلقا ونقله الحافظ ابن حجر فى الفتح. ورواه عبد الرزاق الصنعاني فى المصنف ج.٧ / ص٤٧٨.
“Sesungguhnya Abu Lahab diringankan siksanya setiap hari Senin, dengan sebab telah memerdekakan budaknya, yaitu Tsuaibah, ketika dia memberi kabar gembira atas kelahiran Nabi s.a.w Al-Musthafa ”. HR.Bukhori.
REBANA
عن عائشة رضي الله عنها : أنّ أبَا بَكٍر رضي الله عنه دَخـَلَ عـَلـَيها وَعِـندَهَا جَاريَتـَانِ فى أيَّـام مِنىَ تـُدَفِـّفـَانِ وَيَضْربَانِ والنبيُّ صلى الله عليه وسلم مُتـَغـَشٍّ بـِثـَوْبـِهِ، فـَانتـَهَرَهُمَا أبُوبكرٍ، فـَكشـَفَ النبيُّ عَنْ وَجْهِهِ فـَقـَال :
دَعـْهُمَا يَا أبَا بَكرٍفـَإنـَّهَا أيَّامُ عِيْدٍ.
(رواه البخاري ج ١.ص١٢٦. ومسلم ٢٠٦٠)
Dari ‘Aisyah r.a, berkata: Sesungguhnya Abu Bakar masuk ke rumahnya dan di situ ada dua budak wanita sedang memukul rebana, sedangkan Nabi s.a.w berselimut kain. Kemudian Abu Bakar memarahi keduanya, maka Nabi s.a.w membuka selimutnya di bagian muka seraya berkata:“Biarkan mereka wahai Abu Bakar ! Sekarang adalah hari raya”. HR.Bukhori, Muslim.
قال النبي صلى الله عليه وسلم :
أعـْلِنوُا النِكاحَ وَاضْربُواعَـليهِ بالغـَرْبَالِ.
(أخرجه إبن ماجه /١٨٩٥. وأبونعيم ج٣. ص ٢٦٥)
Rasulullah s.a.w bersabda: “Umumkanlah pernikahan itu,dan rayakanlah dengan rebana”.HR.Ibnu Majah.
Masih banyak hadits shahih yang menjelaskan bolehnya memukul rebana.
Wallahu a’lam.
TAWASSUL/TABARRUK/ISTIGHATSAH
HAKEKAT TAWASSUL
طلبُ حُصُول مَنفعَةٍ اواندِفاعِ مَضرَّة من الله
بذِكراسْمِ نَبيٍّ أوْوَلِيّ إكرَامًا للمُتوَسَّل بِهْ
( الحافظ العبدري الشرح القويم؛ ص / ٣٧٨)
“Memohon datangnya manfaat ( kebaikan ) atau terhindarnya bahaya (keburukan) kepada Allah dengan menyebut nama seorang Nabi s.a.w atau wali untuk memulyakan keduanya”.
Dalil – Dalil Tawassul
واسْتعِيْنُوْا بالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ وَإِنَّهَا لكَبِيْرَةٌ إِلَّاعَلَى اْلخاشِعِيْنَ. البقرة :45.
“ Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',” (QS.al-Baqarah : 45)
يَاأيّهَا الذِين أَمَنوا اتَّقُوا اللهَ وَابْتغُوْا إِليَهِ اْلوَسِيْلَة. المائدة: 35.
“Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah, dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya (Allah)“. (QS.al-Ma’idah :35)
Hadits Tawassul
1.Hadits Anas bin Malik
عن أنس بن مالك: أَنَّ عُمَرَابْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ كَانَ إِذَا قَحَطُوا اِسْتَسْقَى بِالْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَلِّبِ فَقَالَ: اَللَّهُمَّ إِنَّا كُنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِيْنَا وَإِنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ الْيَوْمَ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا، فَيُسْقَوْنَ. رواه البخاري {٩٥٤}
Dari Anas bin Malik r.a. beliau berkata:”Apabila terjadi kemarau, Umar bin al-Khattab r.a. bertawassul dengan Abbas bin Abdul Muththalib, kemudian berdo’a,
”Ya Allah kami pernah berdo’a bertawassul kepada-Mu dengan Nabi s.a.w , lalu engkau turunkan hujan, sekarang kami bertawassul dengan paman Nabi s.a.w , maka turunkanlah hujan”. Maka kemudian turunlah hujan kepada kami”. HR.Bukhari.
2.Hadits Ibnu Abbas
عن ابن عباس أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال:
إنّ للهِ مَلا ئكـة ًفي الأرْضِ سِوَى الحَفَظَةِ يَكْتُبُوْنَ مَا يَسْقُطُ
مِنْ وَرَقِ الشَجَرِ فِاذَا أَصَابَ أَحَدَكمْ عَرْجَةً بأرْضِ فَلاةٍ فَلْيُنَادِ: أَعِينُونِي عِبَادَ الله.
(رواه البزار فى مسنده – كشف الاستار: ٤ / ٣٣ -٣٤ )
( قال الحافظ الهيثمي فى مجمع الزوائد (١٠/١٣٢):رجاله ثقات).
Dari Ibnu Abbas r.a.: Sesungguhnya Rasulullah s.a.w bersabda: ”Sesungguhnya Allah memiliki para malaikat di bumi selain Malaikat Hafazhah yang menulis daun-daun yang berguguran, maka jika kalian ditimpa kesulitan di suatu padang maka hendaklah mengatakan:
“ Tolonglah aku wahai para hamba Allah”.HR.Al-Bazzar.
3.Hadits Ibnu Umar r.a.
عن ابن عُمَرَ رضِي اللهُ عنه أنه خـَدِرَتْ ِرجْلهُ
فقيل لهُ: اُذْ كُرْ أحَـبّ النَّاسِ إِلَيْكَ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ،
فكأنمَا نُشِطَ مِنْ عِـقَـالٍ.
رواه البخاري فى الأدب المفرد ( ٩٦٤ )، والحافظ ابراهم الحربي فى غريب الحديث (٢ / ٧٦٢ - ٧٦٤ )، والحافظ ابن السني فى عمل اليوم والليلة (ص/ ٧٢ -٧٣) ( وذكره ابن تيميه فى كتابه الكالم الطيّب (ص/٨٨)
Dari Ibnu Umar r.a: Suatu ketika kaki beliau (Ibnu Umar) terkena mati rasa, maka salah seorang yang hadir mengatakan:”Sebutkanlah orang yang paling anda cintai..!” Lalu Ibnu Umar berkata:”Ya..Muhamad”.
Maka seketika itu kaki beliau sembuh.HR.Bukhori.
4.Hadits Bilal bin Al-Harits Al-Muzani r.a.
عَنْ مَالِكِ الدَّارِ، قَالَ: وَكَانَ خَازِنَ عُمَرَ عَلَى الطَّعَامِ، قَالَ:
أصَابَ النَّاسَ قـَحْطٌ فِي زَمَنِ عُمَرَ، فَجَاءَ رَجُلٌ إلى قَبْرِ النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: يَارَسُولَ الله اِسْتَسْقِ لِأُمَّتِكَفَإِنَّهُمْ قَدْ هَلَـكُـوْا، فَأَتَى الرَّجُلَ فِي الْمَنَامِ فَقَالَ لَهُ: إِئْتِ عُمَرَ فَأقْـرئْهُ السَّلاَمَ وَأخْبِرْهَ أنَّكُــْم مَسْقِـيُّــونَ، وَقُلْ لَهُ:عَلَيْكَ الْكَيْسَ، عَلَيْكَ الكَيْـسَ، فَأتَى عُمَرَ فَأخْبَرَهُ فَبَكِيَ عُمَرُ ثُمَّ قَالَ: يَارَبِّ لا آلو إلاَّ مَا عَجَزْتُ عنهُ.
.رواه ابن ابي شيبه فى المصنف ( ١٢ / ٣١ – ٣٢ ) وابن ابي خيثمه كما فى الاصابه (٣ / ٤٨٤ )،والبيهقي فى دلائل النبوه (٧ / ٤٤٧)،والخليلي فى الارشاد(١ /٣١٣ – ٣١٤)،وابن عبد البر فى الاستعاب(٢ /٤٦٤ )، واسناده صحيح، وقد صححه الحافظ ابن كثير فى البدايه والنهايه (٧ / ١٠١ )، وصححه الحافظ ابن حجر فى فتح الباري ( ٢/٤٩٥ ). وقال ابن كثير فى جامع المسانيد- مسند عمر-( ١ /٢٢٣ ):اسناده جيد قوي.
واقر ابن تيميه بثبوته فى اقتضاء الصراط المستقيم (ص/٣٧٣)
Dari Malik al-Dar, bendahara pangan Khalifah Umar bin al-Khaththab, berkata: Musim paceklik melanda kaum muslim pada masa Khalifah Umar r.a. Maka seorang laki-laki (Bilal al-Harits al-Muzani) mendatangi makam Rasulullah s.a.w, dan berkata: “Wahai Rasulullah s.a.w, mohonkan hujan kepada Allah untuk ummatmu karena sungguh mereka benar-benar binasa”. Kemudian laki-laki itu mimpi bertemu Rasulullah s.a.w dan beliau berkata kepadanya:”Sampaikan salamku kepada Umar dan beritahukan bahwa hujan akan turun untuk mereka dan katakan kepadanya ”Bersungguh-sungguhlah melayani umat”. Lalu laki-laki itu mendatangi Umar r.a dan memberitahukan tentang apa yang telah dilakukannya dan mimpi yang di alaminya. Maka Umar r.a menangis dan mengatakan: Ya Allah saya akan kerahkan semua upayaku kecuali yang aku tidak mampu”. Riwayat Ibnu Abi Syaybah,
Ulama’ Salaf dan Tawassul
Al-Imam Abu Hanifah
Al-Imam Abu Hanifah (80-150 H/699-767 M), Mujtahid besar dan pendiri mazhab Hanafi, juga mengakui bolehnya bertawassul dan ber-istighosah dengan Nabi s.a.w Muhamad . Hal ini dapat dilihat dengan memperhatikan perkataan beliau ketika ke Madinah, beliau berdiri di hadapan makam Rasulullah s.a.w dan berkata:
يا اكرم الثـقـلين يا كـنـزالوري # جُدلي بجُودك وارْضِـني برضَاكا
أنا طـامع فى الجـود منـك ولم يـكـن # لابي حنيـفـة فى الأنَام سِوَاكا
“Wahai yang termulia di antara manusia dan jin، dan sebaik-baik makhluk, berilah aku kemurahanmu dan ridhailah aku dengan ridlhamu. Aku merindukan kemurahan darimu. Engkaulah satu-satunya harapan Abu hanifah.”
(lihat: Sayid Muhamad Al-Maliki Al-Hasani: Al-Ziyarat Al- Nabawiyah. Hal.56 )
Al-Imam Malik bin Anas
Al-Imam Malik bin Anas al-Ashbahi (95-179 H / 713-795 M), mujtahid besar, pakar hadist dan pendiri madzhab Maliki, juga mengakui kebolehan bertawassul dengan Nabi s.a.w setelah meninggal. Hal ini dapat dilihat dengan memperhatikan dialognya dengan khAlifah Abu Ja’far Al-Manshur yang diriwayatkan oleh al-Hafizh al-Qadhi Iyadl (476-544 H/1083-1150 M) dalam kitabnya Al-Syifa’ dengan sanad (mata rantai) yang shahih berikut ini:
وقال أبو جعفر للإمام مالك:
يَا أَبَا عَبْدِ الله أَسْتَـقْـبِـلُ القِبْـلَةَ وَأدْعُــو، أَمْ أَسْتَقْـِبلُ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم؟ فَقَـالَ: وَلِمَ تـَصْرفُ وَجْهَكَ عَنْـهُ؟ وَهُوَ وَسِيْـلَتُـكَ وَوَسِيْـلَـةُ أبِيْكَ آدم عليه الصلاة والسلام إِلَى يَوْمِ القِيَامَة، بَل اسْتَقْـبِـلْهُ وَاسْتَـْشْفِعْ بِهِ فَـيَشْـفَعـُهُ اللهُ فِيْكَ، قَالَ الله تعـالى: وَلَو أنَّـهُمْ إِذْ ظَلَمُوْا أَنْـفُسَـهُـمْ جَـاءُوْكَ فَا سْتَـغْـفَـرُوا اللهَ وَاسْتَـغْـفَـرَ لَهُـمْ الرَّسُـولُ لَـوَجَـدُوا اللهَ تَـوَّابـًا رَحِـيْـمَا ( النسـاء : ٦٤ ). رواه الحافظ القاضي عياض في الشفا بسند صحيح.
Abu Ja’far al-Manshur berkata kepada Imam Malik:
“Hai Abu Abdillah, apakah aku akan menghadap qiblat dan berdo’a, atau aku menghadap Rasulullah s.a.w ?”
Imam Malik menjawab:“Mengapa Anda memalingkan wajah Anda dari Rasulullah s.a.w , sedangkan beliau adalah wasilah Anda dan wasilah ayah Anda Nabi Adam a.s hingga hari kiamat. Hadapkan wajah Anda kepada Rasulullah s.a.w, mohonlah syafa’at kepada Allah dengan bertawassul dengan Rasulullah s.a.w, sehingga Allah akan menerima syafa’at dan mengabulkan do’amu. Allah telah berfirman:
”Sesungguhnya ketika mereka menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Menerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al-Nisa’:64). Riwayat al-Hafidz al-Qodli Iyadl.
Al-Imam Al-Syafi’i
Al-Imam Abu Abdillah Muhamad bin Idris al-Syafi’i (150-204 H / 767-819 M), mujtahid besar, pakar hadist dan pendiri madzhab Syafi’i yang diikuti oleh mayoritas kaum muslimin di dunia, juga mengakui bolehnya ber-tawassul dengan para Nabi s.a.w dan wali setelah meninggal. Hal ini dapat dilihat dengan memperhatikan pernyataan beliau berikut ini:
عَنْ عَلِي بن مَـيْـمُونْ قَالَ: سَمِعْـتُ الشَّـافِـعِـي رضي الله عنه يَقُـولُ: إنِّي لَأتَـبَرَّكُ بِـأبِي حَـنِيْفَةَ وَأجِـيْءُ إلَى قَبْرِهِ كُلَّ يَوْمٍ - يَعْنِيْ زَائِرًا-، فَإذاعَـرَضَت لِي حَاجَةٌ صَلَّـْيتُ رَكْعَـتَيْنِ وَأتَيـْتُ إلَى قَبْرِهِ وَسَأَلْـتُ الله الحَاجَةَ عِنْدَهُ فَمَا تَبْعُـدُ عَنِّي حَتَّى تـُقْـضَى .
رواه الحافظ الخاطب البغـدادي في تاريخ بغـداد (١ / ١٢٣) بسنـد صحيح
Dari Ali bin Maimun,berkata:
Aku mendengar al-Syafi’i r.a. berkata:
”Aku selalu bertabarruk dengan Abu Hanifah dan mendatangi makamnya dengan berziarah setiap hari. Apabila aku mempunyai hajat, maka aku menunaikan shalat dua rakaat, lalu aku datangi makam beliau dan aku memohon hajat itu kepada Allah di sisi makamnya,sehingga tidak lama kemudian hajatku segera terkabul”.
Al-Imam Ahmad bin Hanbal
Al-Imam Ahmad bin Hanbal (164-241 H/781-855 M), mujtahid besar, muhadis terkemuka dan pendiri madzhab Hanbali – yang pura-pura diikuti orang Wahhabi di Saudi Arabia--, juga mengakui kebolehan dan kesunnahan ber-tawassul dengan para Nabi s.a.w dan wali sesudah meninggal. Hal ini dapat dilihat dengan memperhatikan perkataan beliau dalam kitab Al-‘Ilal wa Ma’rifat al-Rijal (2/492), ketika menjawab pertayaan tentang tabarruk berikut ini:
سَاَلْتُهُ عَنِ الرَّجُلِ يَمَسُّ مِنبَرَ النَّبِيِّ صلي الله عـليه وسلم وَيَتبَرَّكُ بِمَسِّهِ وَيُقبِّلُهُ وَيَفْعَلُ بِالقَبْرِ مِثْـلَ ذلك أوْ نَحْوَ هَذا وَيرِيْدُ بِذلكَ التَّقرُّبَ إلَى اللهِ جَلّ وَعَزَّ فقالَ: لا بَأسَ بِذلكَ.
( الإمام أحمد فى كتابه العلل ومعرفة الرجل، ٢ / ٤٩٢ )
Aku bertanya kepada Imam Ahmad bin Hanbal, tentang hukum seorang laki-laki yang mengusap mimbar Rasulullah s.a.w, bermaksud tabarruk dengan mengusapnya itu, ia mencium mimbar itu,dan melakukan hal yang sama terhadap makam Nabi s.a.w atau yang seperti itu dengan maksud ber-taqarrub ( mendekatkan diri ) kepada Allah jalla wa’azza.Beliau menjawab:“ Boleh melakukan yang demikian itu “.
Imam Ahmad bin Hanbal juga mengakui kesalehan Imam Shafwan bin Sulaim al-Madani (60-132 H / 680-750 M) sehingga dapat dijadikan WASHILAH dalam berdo’a kepada Allah. Ketika nama Shafwan disebutkan kepada beliau, maka beliau berkata ;
هذا رجل يُنزَل القـَطرُ مِنَ السَّمَاءِ بِذِكْرِهِ.
رواه الحافظ المِزّ فى تهذيب الكمال.( ١٣ / ١٨٦) والحافظ الذهبي فى تذكرة الحفاظ ( ١/ ١٣٤ ) والحافظ إبن حجرفى تهذيب التهذيب ( ٤ / ١٣٤ )، والحافظ السيوطي فى طبقات الحفاظ (ص :٦١)
“Ini adalah laki-laki yang dapat menurunkan hujan dari langit dengan menyebut namanya (dalam tawassul) (Maksudnya : bertawassullah dengan beliau bila kalian menginginkan turunnya hujan dari langit).
Dialog
Syekh Abdul Fattah Rawwah dalam kitab Tsabat (kumpulan sanad-sanad keilmuannya) mengisahkan dialog antara al-Imam al-Sayyid ‘Alwi bin Abbas al-Maliki al-Hasani dengan Syekh Abdurrahman bin Nashir al- Sa’di (Syekh Ibnu Sa’di) ulama’ Wahabi yang kharismatik, gurunya Syekh Muhamad bin Shalih al-Utsaimin.
“Ketika hujan deras di Masjidil Haram, orang-orang Hijaz ngalap barokah dari air hujan yang mengalir dari saluran Ka’bah, tiba-tiba polisi pamong praja Masjidil Haram datang memarahi mereka, lalu mereka mengadu pada Sayyid ’Alwi yang mengajar murid-muridnya di Masjidil Haram, ternyata beliau membolehkan bahkan mendorongnya. Kembalilah orang-orang Hijaz itu mendekat Ka’bah untuk mengambil berkah air hujan yang jatuh darinya. Ketika polisi PP memarahi lagi, mereka bilang bahwa ini boleh kata Sayyid “Alwi. Akhirnya polisi PP mengadukan masalah ini pada Syekh al-Sa’di yang juga berhalaqah di sudut masjid bagian lain. Mendengar laporan polisi Baduwi itu akhirnya Syekh al-Sa’di menghampiri Sayyid ‘Alwi dan bertanya: “Wahai Sayyid, benarkah Anda berkata kepada orang-orang ini bahwa air hujan yang turun dari saluran air di Ka’bah itu ada berkahnya ? Sayyid “Alwi menjawab: “Benar, bahkan air tersebut memiliki dua berkah.” Ibnu Sa’di berkata, “Bagaimana hal itu bisa terjadi ?” Sayyid ‘Alwi menjawab, “Karena Allah berfirman :
وَ نـَزَّلـْنَا مِنَ السَّـمَاءِ مَاءً مُبـَارَكًا ( ق :٩)
“Dan Kami turunkan dari langit air yang mengandung berkah”. QS:Qof:9.
Dan Allah juga berfirman :
إنَّ أوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلـنَاسِ للذي ببَكـَّة َ مُبَارَكاً ( ال عمران : ٩٦)
”Sesungguhnya rumah yang pertama kali diletakkan bagi umat manusia adalah rumah yang ada di Bakkah (Makkah) yang diberkahi (oleh Allah)”. QS: Ali Imron:96.
Dengan demikian air hujan yang turun dari saluran air di atas Ka’bah itu memiliki dua berkah.” Ibnu Sa’di kagum pada Sayyid ’Alwi, dan berkata : ”Subhanallah...bagaimana kami bisa lalai dari kedua ayat itu ?.” Kemudian Syekh al-Sa’di mengucapkan terima kasih pada Sayyid ’Alwi dan mohon pamit untuk meninggalkannya. Namun Sayyid ’Alwi berkata : ”Tenang dulu wahai Syekh, aku melihat polisi Baduwi itu mengira bahwa apa yang dilakukan kaum muslimin dengan mengambil berkah dari air hujan yang mengalir dari saluran Ka’bah itu perbuatan syirik. Mereka tidak akan berhenti mengkafirkan dan mensyirikkan orang, kecuali orang seperti Anda melarang mereka. Untuk itu, saya mohon Anda mau mengambil air di situ di depan para polisi Baduwi itu.” Akhirnya Syekh Ibnu Sa’di bangkit menuju saluran air di Ka’bah. Ia basahi pakaiannya dengan air itu, dan iapun mengambil air itu untuk diminumnya dengan tujuan ngambil berkahnya. Melihat yang dikerjakan oleh Syekh Sa’di ini para polisi PP akhirnya pergi satu-persatu dengan perasaan malu.”
TALQIN MAYYIT
قال الله تعالى :
وَذ َكـِّرْ فإنَّ الـذِ ّكـْرَى تـَنـْفـَعُ المُؤْمِنِـينَ. (الذاريات. ٥٥)
“Dan ingatkanlah, karena peringatan itu berguna bagi orang-orang mu’min”. QS: Al-Dzariyat:55.
عنْ أَبِي أُمَامَةَ رضي الله عنه :إذَا أَنَا مِتُّ فَاصْنَعُوا بِي كَمَا أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَنْ نَصْنَعَ بِمَوْتَانَا. أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ : إذَا مَاتَ أَحَدٌ مِنْ إخْوَانِكُمْ فَسَوَّيْتُمْ التُّرَابَ عَلَى قَبْرِهِ , فَلْيَقُمْ أَحَدُكُمْ عَلَى رَأْسِ قَبْرِهِ , ثُمَّ لْيَقُلْ : يَا فُلَانُ بْنُ فُلَانَةَ , فَإِنَّهُ يَسْمَعُهُ وَلَا يُجِيبُ , ثُمَّ يَقُولُ : يَا فُلَانُ بْنُ فُلَانَةَ , فَإِنَّهُ يَسْتَوِي قَاعِدًا ثُمَّ يَقُولُ : يَا فُلَانُ بْنُ فُلَانَةَ ; فَإِنَّهُ يَقُولُ : أَرْشِدْنَا يَرْحَمْكَ اللَّهُ وَلَكِنْ لَا تَشْعُرُونَ . فَلْيَقُلْ : اُذْكُرْ مَا خَرَجْت عَلَيْهِ مِنْ الدُّنْيَا : شَهَادَةَ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ , وَأَنَّك رَضِيت بِاَللَّهِ رَبًّا , وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا , وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا , وَبِالْقُرْآنِ إمَامًا فَإِنَّ مُنْكَرًا وَنَكِيرًا يَأْخُذُ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا بِيَدِ صَاحِبِهِ وَيَقُولُ : انْطَلِقْ بِنَا مَا يُقْعِدُنَا عِنْدَ مَنْ لُقِّنَ حُجَّتُهُ . قَالَ : فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَإِنْ لَمْ يَعْرِفْ أُمَّهُ ؟ قَالَ : يَنْسُبُهُ إلَى أُمِّهِ حَوَّاءَ , يَا فُلَانُ بْنُ حَوَّاءَ. رواه الطبراني.
Dari Abu Umamah al-Bahili r.a : Kalau aku wafat maka uruslah aku sebagai mana yang diperintahkan Nabi s.a.w . Rasulullah s.a.w bersabda: “Apabila salah satu di antara kalian meninggal kemudian telah diratakan tanahnya, maka hendaklah salah seorang berdiri di atas kepala kuburannya dan berkata; “Wahai fulan bin fulanah,” maka sesungguhnya dia mendengar, tapi tidak menjawab, lalu berkata: “Wahai fulan bin fulanah.” maka sungguh mayyit itu berkata; “Tuntunlah saya, semoga Allah merahmatimu.” Tetapi kalian tidak mendengarnya. Kemudian katakan; “Ingatlah hal ketika engkau keluar dari dunia, yaitu pengakuan bahwa tiada Tuhan selain Allah, Muhamad hambaNya dan rasulNya, dan sungguh engkau telah ridha Allah tuhanmu, Islam agamamu, Muhamad Nabimu, al-Qur’an imammu. Maka sesungguhnya Munkar dan Nakir saling berpegangan tangan sambil berkata; “Mari kita pergi.! Tidak ada gunanya lagi kita duduk di samping orang yang sudah di tuntun jawabannya”. Abu Umamah berkata: Lalu ada seseorang yang bertanya: “Wahai Rasulullah s.a.w. Kalau dia tidak tahu nama ibunya ?” Rasulullah s.a.w menjawab: “Nisbatkan sama ibunya, yaitu Hawa”.HR.Al-Thobroni.
قَالَ فِي الرَّوْضَةِ: وَالْحَدِيثُ وَإِنْ كَانَ ضَعِيفًا لَكِنَّهُ اُعْتُضِدَ بِشَوَاهِدَ مِنْ الْأَحَادِيثِ الصَّحِيحَةِ.
( حاشية الشرواني على تحفة المحتاج. ج.٣. ص. ٢٠٧)
Berkata Imam Nawawi dalam kitab Al-Roudloh: “Hadits Abu Umamah di atas meskipun dha’if,
tetapi telah didukung oleh hadits-haditslain yangshahih”
عن شـُمَامَة َالمَهْـِريِّ قال ؛ حَضَرْنا عَمْرَ ابنَ العـَاصِ وَهُوَ فى سِيَـاقـَةِ المَوْتِ... (قال) فإذا أنا مُـتُّ فـَلا تـَصْحَبْنِي نائِحَـة ٌوَلا نارٌ فـَإذا دَفـَنـْتـُمُوني فـَشـُنـُّوا عَـليَّ التـُّرَابَ شـَنـًّا ثـُمَّ أقِيمُواحَوْلَ قـَبْري قـَدْ رَمَا تـُنـْحَرُجَزُورٌ وَيُقـْسَمُ لـَحْمُها حَتـَّى أسْتـَأنِسَ بـِكمْ وَأنـْظـُر مَاذا أ ُرَاجـِعُ بـِهِ رُسُـلُ رَبِّي.
( رواه مسلم. شرح مسلم ج.٢. ص. ١٣٨-١٣٩)
Dari Syumasah, berkata: Kami menghadiri Amr bin al-Ash, ketika dia akan wafat,…lalu dia berkata: “Apabila aku mati, janganlah aku diarak dengan ratapan dan api, lalu bila kamu menguburku dan meratakan tanahnya, maka berhentilah sebentar di sekitar kuburanku,kira-kira selama kamu menyembelih kambing, menguliti dan membaginya, supaya aku terhibur oleh kalian, dan aku ketahui apa yang harus aku jawabkan kepada malaikat-malaikat yang menjadi utusan Tuhanku”. Riwayat Muslim.
عن عثمان بن عـفّان رضي الله عنه قال :
كان النبيّ صلى الله عليه وسلم إذا فَرَغَ مِنْ دَفـْنِ المَـيِّتِ وَقـَفَ عَـلـَيهِ وَقال : إسْتـَغـفِرُوا لأخِـيكم وَسَـلـُوا لهُ التـَثـْبـِيتَ فإنهُ الآنَ يُسْـألُ.
(رواه أبو داود. سنن أبي داود. ج ٢. ص ٢١٥)
Dari Utsman bin Affan r.a berkata : Nabi s.a.w ketika selesai mengubur mayyit berhenti sebentar dan bersabda: “Minta ampunlah untuk saudaramu,dan mohonlah untuknya ketetapan dan ketabahan, karena saat ini dia akan ditanya”. HR.Abu Dawud.
ZIARAH KUBUR
عَنْ بُرَيْدَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: قَدْ كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ القُبُورِ فَقَدْ أُذِنَ لِمُحَمَّدٍ فِي زِيَارَةِ قَبْرِ أُمِّهِ فَزُوْرُوْهَا فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الأَخِرَةَ. رواه الترمذي.
Dari Buraydah r.a: Rasulullah s.a.w bersabda:Saya pernah melarang kamu berziarah kubur, tetapi sekarang Muhammad telah diberi izin untuk berziarah ke makam ibunya. Maka sekarang, berziarahlah! Karena perbuatan itu dapat mengingatkan kamu pada akhirat". HR.Turmudzi.
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ زَارَ قَبْرَ وَالِدَيْهِ أَوْ أَحَدهُمَا فِيْ كُلِّ جُمْعَةٍ غَفَرَ اللهُ لَهُ وَكَانَ بَارًّا لِوَالِدَيْهِ. رواه الحاكم.
Dari Abu Hurairah r.a:Rasulullah s.a.w bersabda: Barang siapa yang berziarah ke makam kedua orang tuanya atau salah satunya setiap hari jum'at, maka Allah akan memberi pengampunan kepadanya, dan orang itu berarti telah berbakti kepada kedua orang tuanya". HR. Al-Hakim.
TAHLIL / HADIAH PAHALA
عن معقل بن يساررضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال:
يس قلبُ القرْان لايَقرَؤُهَا رَجُلٌ يُرِيْدُ اللهَ وَالدَّارَالأخِرَة إلا غُفِرَاللهُ لهُ، إقرَؤُوهَا عَلَى مَوتاكم.
(أخرجه ابو داود؛٣١٢١/، وابن ماجه؛١٤٤٨/، والنسائى في عمل اليوم والليلة؛١٠٧٤ /، وأحمد؛٥/٢٦/، والحاكم؛١/٥٦٥/، والبغوى؛١٤٦٤/،وابن أبي شيبة؛٢/٢٣٧/، والطبرني فى الكبير؛٢٠/برقم٥١٠/، والبيهقي؛٣/٣٨٣/، وذكره السيوطي
فى الجامع الصغير؛١٣٤٤/ورمز لحسنه، والطيالسي؛٩٣١/،
وابن حبان؛٣٠٠٢/عن أبي هريرة رضي الله عنه).
Dari Ma’qil bin Yasar r.a: Sesungguhnya Rasulullah s.a.w bersabda: “Surah Yasin itu (ibarat) hatinya al-Qur’an, tidaklah seseorang membacanya dengan mengharap (ridha) Allah dan darul akhirah, kecuali Allah telah mengampuninya. Bacakan Yasin untuk orang-orang mati kalian”. HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, An-Nasa’i, Ahmad.
عن ابن عباس قال ؛ مرّ النبي صلى الله عليه وسلم بقبرين فقال؛
إنهُمَا ليُعَذبان وَمَا يُعَذبان فى كبيْر، أمَّا أحَدُهُمَا فكان لايَسْتتِرُمِن البَوْل، وَأمَّا الأخرُ فكان يَمْشِى بالنمِيْمَةِ.
ثُمَّ أخَذَ جَرِيْدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَفِي كُلِّ قَبْرٍوَاحِدَةً، قَالُوا يَارَسُولَ الله لِمَ فعَلتَ هَذَا ؟ قَالَ؛
لعَلَّهُ يُخَفَّفُ عَنهُمَا مَالمْ يَيْبَسَا .
(أخرجه البخارى: ٢١٨/، مسلم: ١٦٧٥/، أبوداود: ٢٠/، الترمذى: ٧٠/،
النسائى: ٣١/، إبن ماجه: ٣٤٧/، أحمد؛١/٢٢٥/، إبن أبي شيبة: ٣/٣٧٥/،
البيهقى فى السنن: ١/١٠٤/، إبن خزيمة: ٥٦/، الدارمى: ٧٣٩/، عبد بن حميد:٦٢٠)
Dari Ibnu Abbas r.a, berkata : Nabi s.a.w .berjalan menjumpai dua kuburan, lalu Nabi s.a.w berkata : “Sungguh penghuni dua kuburan itu disiksa,dan mereka disiksa bukan karena dosa besar,yang satu tidak menutup diri ketika kencing,yang satunya sebab namimah” .Kemudian beliau mengambil batang daun kurma,lalu dibelah menjadi dua,kemudian beliau tancapkan pada masing-masing kuburan tadi. Sahabat bertanya : “Kenapa Engkau mengerjakan ini wahai Rasulullah s.a.w ?” Nabi s.a.w menjawab : “Mudah-mudahan mereka diringankan, selama daun itu belum kering”. HR.Bukhori, Muslim.
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنه: أَنَّ امْرَأَةً رَفَعَتْ صَبِيًّا إلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم مِنْ مِحَفَّتِهَا فَقَالَتْ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلِهَذَا حَجٌّ ؟ قَالَ : نَعَمْ وَلَكِ أَجْرٌ.
(أخرج مسلم :٣٢٤١/، وأبوداود: ١٧٣٦/، والنسائي:٢٦٤٦/، وأحمد:١/٢١٩/، ومالك:١/٤٢٢/، والبيهقي:٥/١٥٥/ وغيرهم.
Dari Ibnu Abbas r.a: Bahwa sesungguhnya ada perempuan datang pada Nabi s.a.w sambil menggendong anak, lalu ia berkata : “Wahai Rasulullah s.a.w,apa anak ini boleh haji ?” Nabi s.a.w menjawab : “Ya, dan pahalanya untukmu”. HR.Muslim, Abu Dawud, An-Nasa’i, Ahmad, Malik, Al-Bayhaqi.
عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم : إنَّ أُمِّي اُفْتُلِتَتْ نَفْسُهَا وَأَرَاهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ أَفَيَنْفَعُهَا إنْ تَصَدَّقْت عَنْهَا ؟ قَالَ : نَعَمْ . رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ
Dari Aisyah r.a, berkata: Sesunguhnya seorang lelaki bertanya kepada Nabi s.a.w : “Sungguh ibu saya meninggal tiba-tiba, saya kira kalau ia bisa bicara sebelumnya,dia akan bersedekah, apa dia mendapat pahala kalau saya bersedekah menggantikannya ?” Nabi s.a.w menjawab : “Ya”. HR.Bukhori, Muslim.
Menghidangkan makanan untuk orang yang ta’ziyah
عَاصِمْ بن كُلَيبٍ ، عَنْ أَبِيْهِ، عَنْ رَجُلٍ مِنَ الأَنْصَارِ ، قَالَ: خَرَجْنَا مَعَ رسول الله صلى الله عليه وسلّم فِي جَنَازَةٍ، فَرَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ وَهُوَ عَلَى الْقَبْرِ يُوْصِي الحافِرَ يَقُولُ: أَوْسِعْ مِن قِبَلِ رِجْلَيْهِ ، أوْسِعْ مِنْ قِبَلِ رَأْسِهِ. فَلَمَّا رَجَعَ اِسْتَقْبَلَهُ دَاعِي امٍرَأَتِهِ , فَأَجَابَ وَنَحْنُ مَعَهُ، فَجِيْءَ بِالطّعَامِ، فَوَضَعَ يَدَهُ، ثُمَّ وَضَعَ الْقَوْمُ، فَأَكَلُوْا، فَنَظْرْنَا إِلَى رَسُولِ الله صلى الله عليه وسلّم يَلُوكُ لُقْمةً فِي فِيْهِ. ثُمَّ قَالَ: أَجِدُ لَحْمَ شَاةٍ أُخِذَتْ بِغَيرِ إِذْنِ أَهْلِهَا. فَأَرْسَلَتْ اَلمرْأَةُ تَقُولُ: يَا رَسُولَ الله ! إِنِّي أَرْسَلْتُ إِلَى النَّقِيْعِ - وَهُوَ مَوْضِعٌ يُبَاعُ فِيْهِ الْغَنَمُ - ليُشْتَرى لِي شَاةٌ، فَلَمْ تُوَجدْ، فَأَرْسَلْتُ إِلى جَارٍ لِي قَدْ اشْتَرَى شاةً أَنْ يُرسِلَ بِهَا إِليَّ بِثَمَنِهَا، فَلَمْ يُوجَدْ، فَأَرْسَلْتُ إِلَى امْرَأَتِهِ، فَأَرْسَلَتْ إِليَّ بِهَا. فَقَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلّم: " أَطْعِمِيْ هَذَا الطَّعَامَ الأُسَارَى " . رواه أبو داود، والبيهقي
Dari ‘Ashim bin Kulaib dari ayahnya dari laki-laki sahabat anshor, berkata: Suatu ketika kami keluar bersama Rasulullah s.a.w mengiring janazah, lalu aku melihat Rasulullah s.a.w berdiri di atas kuburan memberi petunjuk kepada penggali kubur dan bersabda: “Lebarkan pada bagian kedua kakinya, lebarkan pada bagian kepalanya”. Kemudian ketika Rasulullah s.a.w kembali, beliau di undang oleh istri orang yang baru saja di makamkan itu (untuk datang ke rumahnya), maka Rasulullah s.aw memenuhi undangan itu dan kami ikut bersamanya. Kemudian di suguhkan makanan. Rasulullah s.a.w mengambil makanan itu, kami juga mengambil dan memakannya. Lalu kami melihat Rasululah s.a.w mengeluarkan makanan itu dari mulutnya. Beliau bersabda: “Aku merasakan daging kambing yang diperoleh tanpa seijin pemiliknya”. Perempuan itu berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami telah menyuruh seseorang pergi ke Naqi’ (pasar kambing) untuk membeli kambing, akan tetapi dia tidak menemukan kambing di sana, maka kami menyuruhnya untuk mendatangi tetangga kami yang telah membeli kambing agar kambing itu di jual kepada kami, akan tetapi ia tidak menemukan pemiliknya, maka kami menyuruhnya menemui istrinya, lalu istri pemilik kambing itu membawa kambing itu kepada kami (tanpa sepengetahuan suami yang memiliki kambing itu)”. Rasulullah s.a.w bersabda: “Berikanlah makanan ini kepada para tawanan”.HR.Al-Bayhaqi, Abu Dawud.
Dalam hadits di atas Rasulluah s.a.w dan para sahabat memenuhi undangan jamuan makan dari keluarga orang yang meninggal. Rasulullah s.a.w tidak melarang para sahabat yang hadir untuk mengambil makanan yang di suguhkan, bahkan beliau sendiri juga mengambil makanan yang di suguhkan. Akan tetapi makanan itu beliau muntahkan karena beliau tahu daging kambing yang di suguhkan di peroleh dengan jual beli secara tidak sah sebab tidak seijin pemiliknya sehingga tidak halal di makan. Andaikata jamuan makan itu haram, niscaya sejak awal Rasulullah s.aw akan menolak undangan jamuan makan itu dan Rasulullah s.aw akan melarang sahabatnya untuk mengahdiri dan mengambil makanan dalam jamuan makan itu. Akan tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Sedangkan Rasulullah s.aw memuntahkan makanan yang di ambilnya, sama sekali bukan bermaksud melarang jamuan makan itu, akan tetapi karena daging kambing diperoleh secara tidak halal, andaikata kambing yang disuguhkan itu diperoleh secara benar, tentu Rasulullah s.a.w tidak akan memuntahkannya. Dengan demikian, hadits di atas jelas sekali menunjukkan perbuatan kerabat yang meninggal mengundang sejumlah orang kemudian menyuguhkan makanan kepada tamu yang datang adalah tergolong amal shaleh yang mendapat pahala, terlebih jika pahala sedekah itu di hadiahkan untuk orang yang meninggal.
Awal ramadhan/Syawal
صُومُوا لِرُؤيَتِهِ وَأفـْطِرُوا لِرُؤيَتِهِ فـَإنْ غـُبـِيَ عـَليكم
فـَأكمِلوُا عِـدَّة َ شـَعْبَانَ ثلاثِينَ.
( متفق عليه )
“Puasalah kalian semua karena melihat hilal, dan berbukalah (berlebaran) karena melihat hilal, apabila tertutup awan tertutup, maka sempurnakanlah hitungan Sya’ban menjadi tiga puluh hari”. HR.Bukhori, Muslim.
صوموا لرؤيته وأفطروا لرؤيته
فإن حَالـَتْ دُونـَهُ غـَيَابَة ٌ فـَأكملوا ثلاثين يَوْمًا.
( رواه الترمذي )
“Puasalah kalian semua karena melihat hilal, dan berbukalah (berlebaran)setelah melihathilal, apabila hilal tertutup awan, maka sempurnakanlah menjadi tiga puluh hari”.HR.At-Turmudzi
لاَ تـُقـَدِمُوا الشـَّهْرَ حَتـَّى تـَرَوا الْهلالَ او تـُكـْمِلـُوا العِدَّة َ.
( رواه ابو داود و النسائى )
“Jangan kamu mendahului bulan, sampai kamu melihat hilal,
atau sempurnakan hitungan (30 hari)”. HR.Abu Dawud, An-Nasa’i.
لا تـَصُومُوا حتى تـَرَوُا الهلال ولا تـَفـْطِرُوا حتى تـَرَوْهُ
فـَإنْ غـُمَّ عليكم فـَاقـْدُرُوا لهُ.
( متفق عليه )
“Janganlah puasa, sampai melihat hilal, dan juga jangan lebaran sampai melihatnya, kalau tertutup awan maka hitunglah/perkirakan bulan itu”.HR.Bukhori, Muslim.
Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani menjelaskan, maksud faqduru adalah : “Tengoklah awal bulan dan hitunglah sampai 30 hari,
yakni bulan Sya’ban 30 hari.”
(Fathul Bari jilid 5 hal 22)
وَاللهُ أعْـلمُ بالصّـوَابْ
------------------------------------------
بسم الله الرحمن الرحيم. الحمد لله رب العالمين. الصلاة والسلام على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه أجمعين. وبعد فإنى طالعت هذه الرسالة القيمة فى الأمور التى اختلف فيها علماء المسلمين منذ قديم الزمان. وقد مضى ذلك بينهم بدون اى ضرر ديني مثل العداوة والبغضاء والتفرق بينهم. وذلك تصديقا لقوله صلى الله عليه وسلم : اختلاف أمتي رحمة. لكن حدث فى هذه الأيام الآخرة فرقة تجعل هذه الأمور مثل قنوت الصبح والذكر الجهري وإهداء الثواب والتوسل والتبرك وزيارة القبور الصالحين وغيرها من الأمور الخلافية تجعلها ذريعة لهم للتفريق بين المسلمين، فيبدعون بسبب ذلك كل من يخالفهم من المسلمين بل يكفرون غيرهم وينسبونهم إلى الشرك والردة. فبالطبع نخاف من هذا حدوث المخالفات وأنواع التفرق بين المسلمين، شيء لا يريده مؤمن ذو عقل وقلب سليم إلا أن يكون الشخص من المنافقين أو اليهودين ولا الصَهْيُوْنِيين ولا حول ولا قوة إلا بالله. فالحمد لله وبمشيئة الله وبعون الله جمع أخى فى الله الأستاذ الحاج عبد اللطيف دحلان الباسورواني منشئا والبونتانجي مسكنا هذه الرسالة القيمة المجدية المفيدة للمسلمين وخاصة معاشر النهضيين من أهل السنة والجماعة. فهذه الرسالة تعينهم على الاحتجاج والاستدلال لما عملوا وتمسكوا به فى هذا الدين الحنيف.
وأرجو من المسلمين قراءة ومطالعة ما فى هذه الرسالة من الأدلة القوية البينة الظاهرة كى لا يقعوا فى حيرة وشك فى دينهم. وبذلك أمكنهم أن يكونوا مستقيمين ثابتين على أهل السنة والجماعة حيث لا يلتفتون يمينا وشمالا ولايترددون فى عقيدتهم ودينهم. واعبد ربك حتى يأتيك اليقين. وأن لواستقاموا على الطريقة لاسقيناهم ماء غدقا. أحب الأعمال إلى الله أدومها وإن قل. وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لا تكن إمّعة على الناس.
وأشكر لهذا الاخ فى الله الأستاذ الحاج عبد اللطيف دحلان على محاولته فى التقوية والدفاع عن أهل السنة والجماعة عقيدة وعلما وفقها وعملا. وجزاه الله أحسن الجزاء على حسن فعاله ومحاولته له ولوالديه ومشايخه وكل من انتسب إليه. آمين.
مرزوقى مستمر، مالانج صاحب المقتطفات و طريقة تعليم مهارة الكلام ومساعدة الإخوان فى النحو والإدارة الإسلامية للتربية و حكم حديث الآحاد فى العقيدة ترجمة الأندونيسية.