Breaking

Sabtu, 29 April 2017

Sampaikanlah walaupun hanya setengah ayat !

Mengapa Kita Harus Menulis

Mengapa Kita Harus Menulis

            Dalam catatan sejarah, tulisan menjadi tameng yang mampu membentengi kebinasaan ilmu pengetahuan. Diawali dengan membukukan Al-Qur’an pada masa khalifah Utsman Bin Affan, dilanjutkan dengan pengumpulan Hadits-Hadits Nabi Muhammad SAW yang sebelumnya hanya dihafal oleh para sahabat Nabi dan tabi’ien, agama Islam telah mengantisipasi hukum alam akan semakin melemahnya kemampuan otak manusia untuk mengingat dengan meletakkan batu pertama di dalam mengingatkan manusia itu sendiri terhadap pentingnya menulis. Tulisan pulalah yang menjadikan madzhab empat ahlussunnah wal jamaah abadi dan dapat dirasakan terang cahayanya hingga saat ini daripada madzhab-madzhab lain yang tidak dibukukan.


            Untuk kita jadikan contoh teladan adalah para ulama’ yang tak henti-hentinya membuat karya tulis untuk mengungkapkan isi pikirannya ke dalam sebuah kitab sehingga fatwa-fatwa dan pendapat-pendapat mereka tidak begitu saja hilang ditelan masa. Seandainya mereka tidak pernah menulis, niscaya kita tidak akan kenal nama besar Imam Al-Bukhari, Imam Muslim, Imam Syafi’I, Imam Al-Ghazali dan seterusnya.

            Membuat sebuah karya tulis adalah sebuah kebanggaan bagi sang Empunya, sebab buah pikirannya bukan hanya bisa dinikmati olehnya semata akan tetapi nikmat itu ia tularkan bagi siapa saja yang membaca karyanya.

            Namun tentu saja bagi kita yang memang awam dalam tulis-menulis akan timbul beberapa pertanyaan, apa yang harus saya tulis, bagaimana caranya agar dapat membuat karya tulis, harus memulai dari mana, dan lain sebagainya.

Orang yang baru belajar menulis ibarat remaja yang tengah jatuh cinta. Ia selalu kesulitan menemukan kata-kata yang tepat. Ia juga tidak punya keberanian untuk mengucapkan kata-kata cinta itu kepada pujaan hatinya. Berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan ia merenung hanya untuk mencari kata-kata dan saat yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya.

Tapi begitu kata cinta terucap dan gayung bersambut, segalanya menjadi sangat lancar dan mudah. Kebahagiaan akibat hasrat untuk berjumpa dan saling mengungkapkan rasa cinta terus mengalir tiada henti. Setiap saat, setiap perjumpaan, dapat dijadikan kesempatan untuk saling memadu cinta karena tak ada lagi penghalang untuk menyatakannya.

Menulis tak jauh berbeda. Hampir semua pemula mengalaminya. Mereka semua merasa kesulitan untuk memulainya. Padahal, jika sudah dimulai selanjutnya lancar-lancar saja. Ide dan gagasan mengalir bagaikan aliran sungai yang dalam, mencari tempat yang rendah untuk dialiri.

Dan tentu menulis tidak akan terlepas dari aktivitas membaca. Tak ada penulis yang mampu menulis tanpa proses membaca. Sayangnya, tak semua orang senang melakukan aktivitas membaca sehingga menulis menjadi sesuatu yang sangat menyulitkan.

Ketika menulis itu dianggap sulit, maka kesulitanlah yang akan didapatkan. Namun ketika menulis itu bukan merupakan sebuah beban, maka akan terasa mudah kita menulis. Sebab menulis itu mudah. Kita dapat menulis apa saja yang dipikirkan, lalu menuangkannya dalam bentuk tulisan agar dengan mudah dipahami oleh orang lain.

Lalu sebenarnya apa yang sulit dari menulis? Yang sulit dari menulis adalah MEMULAI. Begitulah kurang lebih jawaban dari seorang penulis kawakan, Wijaya Kusumah di dalam sebuah situs.

Ingatlah surat Al-Insyirah, “Di dalam kesulitan itu pasti ada kemudahan”. Tinggal kita sendiri yang mengolah bagaimana kesulitan itu berubah menjadi kemudahan asalkan kita tak mengenal kata putus asa.

Sebagai pemula, pembelajaran yang paling mudah adalah menerjemah, sebagai contoh adalah menerjemah kitab-kitab berbahasa Arab. Kita tinggal mencari kitab yang kita sukai dan mudah untuk diterjemah, tentu saja dengan syarat kita harus minimal mengenal bahasa yang akan kita terjemah, menguasai bahasa Indonesia, serta menguasai teknik penerjemahan. Dari seringnya menerjemah dan rajin membaca itulah kemudian kita mudah untuk mengembangkan kata-kata.

Berikut adalah kiat-kiat sederhana membuat karya tulis:

1. Komitmen
Kita harus memiliki komitmen yang tinggi dalam membuat sebuah karya tulis. Jangan sampai kita dikalahkan oleh diri sendiri. Komitmen adalah suatu janji pada diri kita sendiri ataupun orang lain yang tercermin dalam tindakan kita. Harusnya, sekali kita komit, maka kita akan selalu mempertahankan janji itu sampai akhir. Setiap orang dari kecil sampai dewasa pastilah pernah membuat komitmen, meskipun terkadang komitmen itu seringkali tidak diucapkan dengan kata-kata.

2. Kerja Keras
Dalam dunia jurnalistik, seorang professional bukan hanya lahir karena modal kepintaran saja tetapi juga karena kerajinan dan ketekunan serta kerja keras. Orang pintar tetapi malas akan dikalahkan oleh orang yang kurang pintar tetapi rajin. Bayangkan apa jadinya bila orang pintar sekaligus rajin, tekun dan pekerja keras. Jadi fungsi dan peranan kerja keras tidak bisa diabaikan. Dalam pembuatan karya tulis kita harus bekerja keras menyusun sebuah karya tulis yang enak dibaca dan komunikatif. Tak ada keberhasilan yang dihasilkan tanpa kerja keras. Begitu pun dalam membuat karya tulis yang bermanfaat untuk orang lain.

3. Kerja Ikhlas
Dalam membuat sebuah karya tulis yang komunikatif dibutuhkan kerja ikhlas yang tak mengharapkan imbalan apapun. Kalaupun ternyata nanti ada imbalannya itu berangkat dari kerja ikhlas kita. Tulisan yang berbobot adalah tulisan yang komunikatif dengan pembacanya dan memberikan pencerahan kepada siapa saja yang membacanya. Hal ini disebabkan oleh sebuah keikhlasan dari si penulis yang mampu membuat sebuah tulisan enak dibaca dan interaktif dalam mengungkapkan pendapat. Ingatlah bila kita bekerja ikhlas, maka Allah pun akan membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda.

4. Kontekstual
Karya tulis yang dibuat sebaiknya sesuai dengan keadaan nyata di lapangan. Tulislah sesuatu yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh pembaca. Buatlah sebuah pengalaman nyata dalam karya tulis. Pengalaman nyata itu benar-benar hasil perenungan yang mendalam dari refleksi diri selama anda melakukan pembelajaran.

5. Komunikatif
Banyak karya tulis yang dibuat oleh seorang pemula tidak komunikatif. Ingatlah bahwa kita membuat sebuah karya tulis untuk dibaca oleh orang lain yang menginginkan pengetahuan. Sehingga bahasa yang digunakan haruslah komunikatif. Ketika bahasa yang digunakan adalah bahasa yang populer di telinga pembaca, maka karya tulis akan dengan mudah dicerna dan bermanfaat untuk orang banyak.

6. Runtut
Hendaklah bagi kita yang masih dalam tahap belajar, tulisan yang kita buat berurutan sesuai kaidah baku, yakni diawali dengan pembuka, diikuti dengan rangsangan terhadap permasalahan yang akan kita bahas agar pembaca tertarik, kemudian isi pokok permasalahan, dan penutup.

7. Kesabaran
Kesabaran akan membuahkan keindahan. Kesabaran dibutuhkan dalam proses pembuatan karya tulis. Tanpa kesabaran karya tulis kita akan menjadi sebuah bentuk tulisan yang terkesan tergesa-gesa.
Karya tulis yang baik adalah karya tulis yang berurutan, enak bahasanya, dan dilengkapi dengan kajian pustaka (rujukan). Semua itu dilakukan dengan penuh kesabaran dan ketelatenan dalam menyatukannya ke dalam bentuk karya tulis.
Nah, tinggal kita sendiri mendorong kemauan diri untuk mencoba sesuatu yang menjadi bakat terpendam, tanggalkan rasa malu, tinggalkan rasa malas, dan selamat mencoba.

ngaji9.com: Sampaikanlah walaupun hanya setengah ayat !