Sudah masyhur dikalangan umat islam ketika sudah datang bulan Robi’ul Awal, tepat pada bulan kelahiran Rosulullah saw, mereka sama-sama menyambut dengan gembira serta merayakan waktu kelahiran beliau.
Dari berbagai penjuru-penjuru, umat islam sedunia termasuk di Indonesia, baik yang ada di kota seperti Surabaya, Madura, Pasuruan dan lain sebagainya, maupun yang ada di desa seperti Kejayan, Wonorejo dan lain sebagainya.
Mereka tak kalah semangat bahkan sudah menjadi adat kebiasaan mereka setiap tahunnya.
Dengan mengharapkan syafaat dan penuh rasa hormat, menumbuhkan bermacam-macam bentuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad saw. Ada yang mengadakan pembacaan-pembacaan maulid Nabi, menghidupkan malam-malam bulan Robi’ul Awal (qiyamul lail) dan ada juga dengan mengadakan pengajian-pengajian umum. Inilah waktu yang tepat bagi tokoh masyarakat dan para alim ulama’ dalam memberikan mau’idzoh hasanah untuk mengajak umat Muhammad saw untuk mencintai Nabi mereka.
Seperti yang ada di Madura misalnya, beberapa tahun sebelum wafatnya KH. Muhammad Subadar, Beliau pernah menghadiri suatu undangan dalam acara memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw. Pada saat itu beliau bercerita tentang betapa besarnya faidah, keutamaan menghormati hari kelahiran Nabi Muhammad saw. Beliau bercerita tentang syafaat Nabi Muhammad saw untuk orang kafir yahudi. Beliau bercerita bahwa pada zaman dahulu ada seorang yang sholeh yang menjadi wali Allah. Dia hidup di suatu daerah yang bertetangga dengan orang kafir yahudi. Keduanya sudah cukup lama hidup di daerah tersebut. Singkat cerita, orang kafir yahudi tersebut meninggal dunia. Tak lama kemudian, selang beberapa hari setelah kematiannya, seorang waliyullah tadi bermimpi sedang berada di dalam surge yang indah penuh cahaya. Kemudian ia melihat ada seorang laki-laki gagah yang sedang duduk di atas kursi emas yang berada di dalam istana indah dari istana-istana yang ada di dalam surga.
Kemudian seorang waliyullah tersebut bertanya kepadanya : “hai kanda, siapakah gerangan ?” Tanya waliyullah sambil terheran-heran.
“Aku adalah tetanggamu yang sudah meninggal dunia beberapa hari yang lalu” jawab laki-laki itu.
Seorang waliyullah tersebut langsung terkejut.
“Loh itukan orang yahudi” ucap lirihan dalam hatinya.
“kau kah itu, wahai orang kafir yahudi ?” Tanya waliyullah pada orang laki-laki itu.
“ia, ini adalah aku wahai tetanggaku”.
Rupanya sang waliyullah masih menyimpan keheranan di dalam hatinya. Dia masih tidak percaya.
“mana mungkin orang kafir bisa masuk surga ?” tutur dalam benak pikirannya.
Kemudian ia bertanya lagi “Engkau kah ini wahai kafir yahudi ?” Tanya waliyullah itu sekali lagi.
“ia ini adalah aku wahai tetanggaku” jawab laki-laki dengan jawaban yang sama.
Akhirnya waliyullah tersebut menyadari bahwa laki-laki itu benar-benar orang kafir yahudi yang sudah meninggal selang beberapa hari.
“Masya Allah” ucap sang waliyullah dengan terkejut.
Waliyullah : “kau kan kafir, bagaimana bisa ada di sini. Mestinya di neraka ?”.
Yahudi : “ia, memang dulunya aku kafir, tapi sekarang aku sudah masuk islam”.
Waliyullah : “loh.. loh.. loh… ketika hidup kamu kan kafir hingga matipun kau tetap kafir sebagaimana umumnya mayatmu diperlakukan seperti orang-orang kafir lainnya”.
Orang laki-laki itu tersenyum seraya berkata : “memang benar sepanjang hidupku aku memeluk agama yahudi, namun ketika hendak sakarotul maut, beberapa menit sebelum nyawaku dicabut dari tubuhku, tiba-tiba Rosulullah datang mengahampiriku dan mengajariku dua kalimat syahadat sehingga mulutku mengucapkan apa yang Rosulullah perintahkan kepadaku. Setelah itu, tak terasa rohku sudah keluar dari jasadku dengan membawa islam dan iman berkat kehadiran Rosulullah saw. Semua itu adalah rahmat dari Allah yang telah diberikan kepadaku”.
Mendengarnya, sang waliyullah semakin terkejut. Keheranan di dalam pikirannya menjalar ke seluruh tubuhnya. Sungguh aneh tapi nyata.
“dengan apa engkau mendapatkan kemluliaan seperti ini ?, aku saja yang sudah lama islam belum pernah bertemu dengan baginda Rosulullah saw” ucap waliyullah kepada laki-laki itu dengan penuh penasaran.
Yahudi : “Wahai waliyullah, sungguh aku tak tahu persis dengan apa yang telah aku perbuat di masa hidupku”.
Waliyullah : “apakah engkau pernah membaca sholawat ?”
Yahudi : “tidak !!”
Waliyullah : “lantas apa yang telah kau perbuat hingga kau mendapatkan syafa’at Nabi ?”.
Laki-laki itu diam sejenak lalu berkata : “semasa aku hidup, dulu aku pernah membaca kitab taurat, tak sengaja aku menemukan nama Nabi Muhammad saw. Dalam benak hati ini, timbul rasa hormat yang tidak boleh tidak aku harus menciyumnya. Ku cium nama itu sebanyak tiga kali dengan ta’dzim dan penuh rasa hormat. Sebab itulah disaat ajalku datang, aku didatangi oleh Rosulullah saw.”
Dari ceramah KH. Muhammad Subadar di atas, memberikan pengertian kepada kita betapa besarnya balasan orang-orang yang memuliyakan Nabi Muhammad saw. Sungguh balasan itu lebih baik daripada apa yang telah ia kerjakan.
Namun ungkapan di atas salah jika diartikan bahwa dengan hormat saja kita akan mendapat jaminan masuk ke dalam surga tanpa mengikuti tuntunan Rosulullah saw.
Perlu digaris bahwahi, KH. Muhammad Subadar berpesan : “Dari cerita di atas, kita jangan sampai mengandalkan cukup dengan hormat saja sehingga kita tidak mau berbuat apa-apa. Dalam arti lain tatkala adzan sudah berkumandang, kita kemudian mengambil kertas dan kemudian menulis nama Nabi Muhammad saw sebanyak tiga kali. Setelah itu kita mencium kertas itu sebanyak tiga kali dengan rasa hormat tapi tidak melakukan sholat maka perbuatan yang semacam ini adalah salah.
Akan tetapi, tatkala kita mendengar dawuh-dawuhnya para ulama’, kita harus mengambil yang bagus-bagus saja. Yang tidak bagus jangan kita ambil. Seperti agama orang yahudi tadi, kita tidak boleh mengikutinya. Akan tetapi yang harus kita ikuti adalah rasa hormatnya kepada Nabi Muhammad saw.”
Telah dikatakan :
ربنا اجعلنا من الذين يستمعون القول فيتبعون احسنه
“Wahai Tuhan kami, jadikanlah kami dari orang-orang yang mendengarkan dawuh-dawuh kemudian mengikuti yang bagus-bagus”.
Sekarang kesempatan kita di bulan Robi’ul Awal ini, mari kita besarkan kelahiran Nabi Muhammad saw. Tujuan kita tak lain adalah mengharapkan rahmat dan syafaat dari beliau Nabi Muhammad saw seperti yang telah beliau sabdakan :
من عظم مولدي كنت له شفيعا يوم القيامة
“Siapa yang membesar-besarkan kelahiranku maka akulah sebagai penolongnya kelak di hari kiyamat”.
Ketika kelak sudah datang, apa yang telah dijanjikan oleh Allah, kita tidak akan bisa menyelamatkan diri kita sendiri, ibadah-ibadah yang kita kerjakan sangatlah jauh dari keikhlasan yang tak mungkin dapat kit andalkan. Satu-satunya yang bisa kita harapkan tak lain adalah syafa’atul udzma (pertolongan yang sangat agung) dari Nabi Muhammad saw.
Semoga kita semuda diakui sebagai umatnya serta mendapat syafa’at bersama orang-orang yang kita cintai. Amiin
Itulah salah satu keistimewaan yang dimiliki Nabi kita yang tidak dimiliki oleh Nabi-Nabi lainnya sebagaimana yang telah dikatakan رحمة للعالمين (rahmat bagi semesta alam).