شرح مراقي العبودية ص ٧
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من أعان على معصية ولو بشطر كلمة كان شريكا له فيها
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من أعان على معصية ولو بشطر كلمة كان شريكا له فيها
Rosulullah SAW bersabda : "barang siapa yang menolong orang lain untuk berbuat suatu " kemaksiyatan meskipun hanya sepenggal kata saja, maka ia juga akan mendapatkan dosanya
Jika kita membelikan pakaian yang tidak menutup aurot untuk anak perempuan kita, maka ketika pakaian itu dipakai, kita juga akan mendapatkan dosanya. demikian juga apabila kita membuat terompet yang akan dipakai oleh orang lain di saat merayakan tahun baru, maka kita pasti juga akan mendapatkan dosanya karena yang demikian ini termasuk dari menolong suatu perbuatan maksiyat.
الفتاوى الفقهية الكبرى 4/ 248
(سئل) عن كافر ضل عن طريق صنمه فسأل مسلما عن الطريق إليه فهل له أن يدله الطريق إليه؟
(فأجاب) بقوله ليس له أن يدله لذلك؛ لأنا لا نقر عابدي الأصنام على عبادتها فإرشاده للطريق إليه إعانة له على معصية عظيمة فحرم عليه ذلك، والله سبحانه وتعالى أعلم بالصواب.
Imam Ibnu Hajar di dalam kitabnya fatawa Al -Fiqhiyah Al-Kubro mengatakan : "Apabila ada orang kafir bertanya jalan menuju gereja, maka bagi seorang muslim tidak boleh menunjukkan jalan menuju gerejanya karena dengan menunjukkannya ke dalam gereja akan membantu orang kafir tersebut terhadap kemaksiyatan yang sangat besar. Dalam arti harus dijawab ke lain arah sekiranya orang kafir itu tersesat dan tidak sampai beribadah di dalam gerejanya".
Baru-baru ini ada orang yang berpendapat bahwa seorang muslim boleh menjaga gereja di saat perayaan natal yang sudah pasti semua orang kafir melakukan ritual ibadah di dalam gerejanya pada waktu tersebut.
Mereka mengeluarkan dalil dari al-qur'an yang mengatakan bahwa islam adalah agama yang rahmatan lil alamin dan islam adalah agama yang toleran seoalah-olah meraka adalah yang paling benar. Kita tahu bahwa ulama' wahabi itu juga mengeluarkan hadits kullu bid'atin yang seolah-olah menurut mereka semua perkara yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW adalah perbuatan bid'ah dan mereka merasa bahwa dirinyalah yang paling benar sehingga mereka menyalahkan orang lain yang tidak sepaham dengan pemahaman mereka. Padahal tidak semua perkara yang tidak dilakukan oleh Nabi Muhammad itu adalah bid'ah. Begitu bukan ?
Saya ingat satu pendapat dari kitab Tafsir Al-Maturidiyah tentang tafsir firman Allah :
أشداء على الكفار رحماء بينهم
Di sana dijelaskan bahwa sejatinya perang itu adalah rahmat. Dan pendapat ini pun saya sampaikan pada waktu saya mengikuti acara bahtsul masa'il di PP. Lirboyo, kediri.تفسير الماتريدي = تأويلات أهل السنة 6/ 559
(وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ) وليس في القتال في الظاهر رحمة، لكن في الحقيقة رحمة؛ حيث يحملهم القتال على الإسلام؛ إذ كان قبل نصب القتال والحروب معهم لم يسلم إلا قليل منهم؛ فلما نصب الحروب معهم والقتال دخلوا في الإسلام أفواجًا أفواجًا؛ فصار ذلك في الحقيقة رحمة، وإن كان في رأي العين في الظاهر ليس برحمة.
Waow,,, perang adalah rahmat, benarkah ?
Tentu benar sekali. Memang secara dzohir perang bukanlah sebuah rahmat, tapi secara hakikat sejatinya adalah rahmat karena perang adalah satu-satunya jalan agar supaya agama islam bisa diterima oleh mereka karena dengan memeluk agama islam, maka berarti mereka akan selamat dari api neraka untuk selamanya.
Kalau saya contohkan, ada seorang ibu yang tega tidak mau menyusui anaknya ketika anaknya semakin besar. Padahal anaknya terus menerus menangis dan terkadang puting susunya diberi sesuatu yang pahit untuk mencegah anaknya supaya berhenti menyusu.
Apakah berarti ibu tersebut tidak kasihan kepada anaknya ?.
Tentu sangat kasihan. Meskipun melihat anaknya terus menerus menangis, ibu tersebut dengan tega membiarkan anaknya berhenti menyusu karena untuk kebaikan anak tersebut ketika sudah dewasa.
Demikian dengan perang, jika perang adalah jalan satu-satunya agar mereka orang kafir bisa masuk ke dalam islam, apakah islam bukan agama yang rahmatan lil alamin ?
Tentu rahmatan lil alamin karena dengan islamlah mereka akan selamat untuk selama-lamanya di dalam kehidupan yang abadi, yaitu di dalam surganya Allah SWT.
Bahkan, sejarah mencatat bahwa ketika Ali bin Abi Thalib sudah membuat musuhnya lemah tidak berdaya, beliau beristighfar dan tidak jadi membunuh musuhnya itu karena pada waktu itu beliau mau membunuh karena hawa nafsunya, bukan karena membela agama islam agar supaya mereka orang kafir mau memeluk agama islam.
Demikianlah arti islam rahmatan lil alamin, bukan berarti kasih sayang yang tidak ada batasannya yang banyak sekali disalah pahami oleh orang yang gagal paham karena kurangnya pengetahuan di dalam mempelajari agama islam terlebih bagi mereka yang hanya belajar melalui buku, bukan talaqqi dihadapan para ulama' dan habaib. Tidak cukup dengan satu ayat saja, masih butuh referensi dan dalil-dalil yang lain yang perlu dipertimbangkan sebelum menvonis suatu permasalahan.
Terkadang di dalam mempelajari dalil, ada dalil yang bertentangan dengan dalil yang lain. Dalam kasus yang seperti ini, para ulama' sudah merumuskan bagaimana cara menyikapi dua dalil yang bertentangan. Jika bisa diamalkan keduanya dengan suatu peng-ihmal-an, maka harus di-ihmal-kan. sehingga kedua dalil tersebut bisa diamalkan sebagaimana kaidah rumusan para ulama' :
إعمال الدليلين أولى من إهمال أحدهما
"Mengamalkan dua dalil itu lebih utama daripada membiarkan salah satunya".
Jika tidak bisa di-ihmal-kan, maka dengan melacak sejarah dalil tersebut sehingga dalil yang keluar pertamakali dihukumi mansyukh karena ada dalil kedua yang berbeda dengan dalil yang pertama.
Kembali lagi ke pokok pembahasan, memang betul islam adalah agama yang rahmatan lil alamin, tapi di dalam memahami konsep rahmatan ini kita perlu arahan dari para ulama' yang ahli sehingga kita tidak tersesat. Meskipun islam adalah agama yang rahmatan lil alamin bukan berarti kita boleh menjaga gerejanya, bukan berarti kita boleh mengikuti hari rayanya, tapi di dalam arti rahmat sendiri ada batasan-batasan yang sudah diatur oleh syaria'at dan aturan ini tentunya dijelaskan di dalam kitab-kitab fiqh.