Ketika kita melihat orang lain melakukan suatu dosa atau suatu kesalahan, terkadang kita merasa paling mulia atau paling hebat bukan ?. Semoga tulisan ini menjadi contoh bagi kita untuk tidak merasa lebih baik daripada orang lain meskipun orang lain itu lebih kecil dari kita.
Ketika Allah hendak menciptkan seorang kholifah di muka bumi ini, para Malaikat berkata :
قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ
“Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?”.
Di dalam tafsir Al-Khozin dikatakan bahwa, pada masa Nabi Idris, para malaikat berkata : "Mereka golongan manusia yang telah Engkau ciptakan di muka bumi dan telah Engkau pilih sebafai kholifah, kini mereka bermaksiyat kepada-Mu".
Para Malaikat merasa lebih mulia daripada golongan manusia karena mereka melihat kerusakan dan perbuatan maksiyat yang terjadi di muka bumi.
Allah berfirman : "Apabila kalian (para malaikat) Aku turunkan ke muka bumi, lalu Aku perlakukan kalian sebagaimana layaknya manusia, maka kalian akan melakukan apa yang dilakukan oleh manusia".
Para Malaikat menjawab : "Maha Suci Engkau, tidak sepantasnya bagi kami golongan malaikat untuk bermaksiyat kepada-Mu".
Allah berfirman : "pilihlah dua malaikat yang paling baik dan paling banyak ibadahnya diantara kamu sekalian yang akan Aku turunkan ke muka bumi !".
Lantas para malaikat memilih Harut dan Marut. Mereka berdua adalah malikat yang paling baik diantara malaikat yang baik dan yang paling banyak ibadahnya. Lalu mereka berdua turun ke dunia tepatnya di desa babil danbawandu setelah diberi syahwat atau hawa nafsu sebagaimana yang telah Allah berikan kepada manusia.
Menurut Syaikh Wahbah Azzuhaili di dalam kitab Tafsir Al-Munirnya, Harut dan Marut adalah dua orang manusia yang sholihat dan banyak beribdah kepada Allah sehingga mereka berdua disamakan seperti malaikat.
Jika mengikuti pendapat ini, lantas dari mana Harut dan marut mengetahui ilmu sihir ?.
Imam Abu Ja'far At-Thobari di dalam kitab tafsitnya mengatakan bahwa yang mengajari Harut dan Marut tentang ilmu sihir adalah syetan.
Imam Al-Hasan Al-Bashri, Imam Ibnu Abbas, Imam Ad-Dlohhak membaca kasroh laam dalam lafadz (Al Malikaini) karena disamakan seperti seorang raja.
Pendapat ini karena didasari firman Allah :
لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
"Mereka para Malikat tidak akan bermaksiyat kepada Allah terhadap apa yang Allah perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan".
Imam Abu Ja'far At-Thobari di dalam kitab tafsirnya lebih memilih pendapat yang mengatakan bahwa Harut dan Marut adalah dua malaikat. Harut dan Marut turun ke dunia menjadi seorang hakim dan mengajarkan ilmu sihir kepada golongan manusia. Sebelum keduanya mengajarkan ilmu sihir seperti bagaimana cara untuk memisahkan antara seorang suami denga isrtinya. Mereka berkata kepada orang yang hendak belajar :
إِنَّما نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلا تَكْفُرْ
"Sesungguhnya kami ini adalah cobaan bagimu, sebab itu janganlah menjadi kafir".
Artinya orang yang belajar ilmu sihir dan mengamalkannya, maka ia tidak boleh tidak akan melakukan sesuatu yang menyebabkan kufur seperti menyembah bintang dan lain sebagainya. Maka barang siapa yang menahan diri untuk tidak belajar ilmu sihir maka ia berarti telah menjaga imannya.
Mereka berdua turun ke bumi di pagi hari dan kemudian naik ke atas langit pada sore hari. Sayyid Alawi bin Ahmad Assegaf di dalam kitabnya Sab'ah kutub mufidah menjelaskan bahwa ada dua malaikat yang bernama Harut dan Marut yang keduanya itu tergoda dengan rayuan seorang wanita yang sangat cantik pada masa itu.
Menurut cerita, Harut dan Marut terpesona dengan kecantikan seorang wanita di dunia setelah sebulan berada di dunia. Menurut pendapat yang lain pada hari pertamanya ketika turun ke dunia.
Nama seorang perempuan tersebut dalam bahasa arab adalah Az-Zuharoh.
Harut dan Marut merayu Az-Zuharoh agar supaya menuruti hawa nafsunya hingga pada akhirnya Az-Zuharoh memberikan beberapa syarat yang harus terpenuhi sebelum melayani nafsu Harut dan Marut. Syarat-syarat yang disebutkan oleh Az-Zuharoh antara lain adalah memeluk agama majusi, minum khomer, membunuh orang lain yang merupakan tetangganya Az-Zuharoh dan mengajarinya ismul mu'adzom atau cara naik ke atas langit.
Kemudian Harut dan Marut mengajarkan Ismul A'dzom kepada Az-Zuharoh yang apabila ada seseorang meminta sesuatu apapun dengan menyebutkan ismul mu'adzom itu, maka apa yang dimintakan akan langsung dikabulkan oleh Allah sebagaimana kisah Asif bin Barkhiyah pada masa Nabi Sulaiman yang bisa mendatangkan istana Ratu Balqis sebelum Nabi Sulaiman memejamkan pelupuk matanya. Menurut cerita Ashif bin Barkhiyah ini mengetahui ismul mu'adzom tersebut.
Singkat cerita, Harut dan Marut tidak lagi bisa naik ke atas langit akibat perbuatannya itu karena mereka berdua telah mengajarkan ismul mu'adzom kepada orang lain. Adapun Az-Zuharoh ketika mengucapkan ismul mu'adzom yang telah diajarkan oleh Harut dan Marut, ia kemudian naik ke atas langit dan kemudian menjadi sebuah bintang. Bintang ini sampai sekarang diberi nama Az-Zuharoh.
Setelah itu, ketika Harut dan Marut telah menyesali atas perbuatan yang ia lakukan, mereka berdua diberi pilihan oleh Allah antara siksa dunia atau siksaa di akhirat. Kemudian mereka memilih disiksa di dunia karena siksaan dunia tidaklah lama jika dibandingkan dengan siksaan di akhirat yang selama-lamanya.