Breaking

Jumat, 18 November 2016

Sampaikanlah walaupun hanya setengah ayat !

Ketika Perut Menjadi Masalah Utama

Ketika Perut Menjadi Masalah Utama


"Hayya ala as-Sholat…", adzan Maghrib berkumandang menggema memenuhi lorong-lorong hingga sudut-sudut Pondok Pesantren tempat kita menguras dan mengulas ilmu untuk mencapai ridlo Tuhan ini. Sebagian kecil dari para santri sudah duduk manis ber-I'tikaf sambil memegang Kitab Nadloman yang lain membaca al-Qur'an, bibir mereka basah karena bacaan kalam-kalam Ilahi yang sungguh sejuk dipandang mata. Sedangkan yang lain baru berbenah dengan serta-merta dan merapikan diri untuk segera beranjak menyusul teman-teman mereka yang sudah lebih dulu menempatkan diri menjadi pemenang dalam firman Allah "فستبقوا الخيرات". Adapula sebagian santri yang "tenang-tenang saja" meneruskan obrolan dengan santai dengan jari telunjuk dan jari tengah mengapit sebatang rokok merek lokal yang ekonomis seakan tak mendengar suara merdu adzan, seakan tak melihat beberapa petugas yang sedang mondar-mandir mengontrol sambil memukul-mukulkan tangan ke jendela sebagai tanda perintah untuk segera bergegas meninggalkan tempat, untuk sementara mereka menanggalkan telinga dan mata mereka, mungkin santri seperti inilah yang kelak mendapatkan pengampunan dari Allah berdasarkan hadits : أول الوقت رضوان الله وآخره عفو الله (al-Syafi'I kemudian meneruskan dalam menerangkan hadits di atas : ورضوان الله انما يكون للمحسنين والعفو يشبه أن يكون للمقصرين : الام للشافعي 8/106).
            
Namun ada sebagian yang lain berjalan berlawanan arah, bukan ke Masjid, tapi ke dapur. Ya, bagi mereka yang berpuasa memang memperoleh hak dispensasi dari Pengurus Pesantren untuk tidak mengikuti sholat berjama'ah Maghrib demi melakukan ritual ibadah lain, yakni berbuka puasa (sebenarnya mereka yang ke dapur tidak semuanya berpuasa, wallahu a'lam). Patut bagi mereka yang telah merelakan diri untuk menahan haus dan lapar sepanjang hari untuk sedikit berkompromi dengan perut, maklumlah Baginda Rosul sendiri telah bersabda: للصائم فرحتان، فرحة عند إفطاره وفرحة عند لقاء ربه (إحياء علوم الدين 1/232), tentu saja kebahagiaan mereka ketika bersantap makanan buka puasa tiada secuil bila dibanding kebahagiaan di Sorga nanti, melihat keindahan Sang Kekasih, Sang Pengasih yang selama ini tertutup tirai. Dengan nasi "liwet" khas pesantren plus air rebusnya yang ber-gaya layaknya teh dan variasi lauk ala kadarnya sudah cukup membuat gregetan karena memang dihidangkan saat perut meronta-ronta.          Kenyataan yang tragis, insya Allah pasti jauh lebih banyak dari mereka, para santri yang tidak mau bersusah payah untuk ber-lapar ria, sehingga rela merogoh gocek kiriman "Ebes" dan "Memes" lebih banyak hanya demi memuaskan perutnya tanpa berpikir bagaimana payahnya orangtua membiayai dengan segenap jiwa raga dan deraian air mata. Warung-warung makanan pun pada siang hari akhirnya tak kalah ramai dibanding jumlah jama'ah Dzuhur di Masjid yang hanya mencapai dua sampai tiga baris saja, 'afanallahu (semoga Allah mengampuni kita semua).

            Dari sedikit uraian di atas bisa ditarik simpulnya (meminjam kata-kata Yusuf Anshor dalam tulisannya "Orang Awam Meringkus Intelek Liberal") bahwa manusia ada yang mau menahan nafsu perutnya dan ada yang tidak mau. Mereka yang mau menahan nafsu perutnya adalah mereka yang minimal mau berpuasa, lebih-lebih kalau mereka juga mau menyedikitkan makan di malam hari, dan mereka (atau lebih tepatnya "kita") yang tidak mau menahan nafsu perutnya adalah yang tidak mau berpuasa. Adakah kita yang suka membiarkan syahwat perut untuk selalu ingin menikmati makanan tidak mampu untuk menahannya? Padahal kita sama-sama manusia yang yach…kalaupun ada perbedaan, mungkin tidak akan terpaut terlalu jauh, hanya saja hati kita masih takut untuk melakukannya, kita masih kurang nyali untuk "Bismillah berusaha bagaimana caranya saya mampu berpuasa seperti mereka, bukankah saya juga manusia seperti mereka?". Dengan hujjah-hujjah yang masuk akal kita berusaha membela kelemahan kita, takut mengantuk ketika sekolah, tidak konsentrasi belajar, tubuh terasa lemas, malas berjama'ah, dan seabrek alasan lainnya kita tampilkan.

            Ingatkah kita apa yang membuat kakek kita Nabi Adam dan nenek Hawa dikeluarkan dari kenikmatan Sorga dan berpindah menempati dunia yang fana ini, al-Ghozali dalam bukunya Ihya' Ulum al-Din yang sudah menjadi seperti bacaan wajib  di setiap pesantren salaf menjelaskan (dan untuk selanjutnya lebih banyak mengambil inti-sari dari kalam-kalam dan metode latihan ala al-Ghozali), Adam dan hawa di usir dari Taman Keabadian karena satu, perut, fata'ammal..!. Dan hal pertama yang perlu kita jalani untuk bisa memiliki kemauan menahan syahwat perut adalah tekatkan niat dan bulatkan tekat.
            Maka untuk mendorong himmah kita agar mau ber-riyadlah, saya akan menguraikan keutamaan-keutamaan lapar dan akibat-akibat yang ditimbulkan dari kenyang terlebih dahulu.

-   Keutamaan lapar dan bahaya kenyang.
Perut adalah sumber dari segala syahwat, berbagai penyakit batin, dan bermacam-macam kerusakan. Sebab ketika seseorang mengobral kenyang maka hasrat untuk menikah atau sekedar menikmati perempuan menjadi menggebu-gebu, ini disebabkan karena saat tubuh dalam keadaan fit dan segar hormon akan meningkat, inilah yang menyebabkan gairah sex sulit ditahan. Kemudian untuk memuluskan mendapatkan apa yang dicari maka timbullah rasa ingin memperoleh kekayaan dan kehormatan, yaitu "hubbud dunya wal jah", karena dengan dua hal tersebutlah kesempatan untuk memperoleh makan dan wanita menjadi terbuka lebar. Tak hanya sampai di situ, kecintaan kepada dunia yang sudah tertanam rapi di dalam hati manusia akan membuat dia berusaha mati-matian demi mendapatkannya, dan inilah lahan yang paling subur untuk menumbuhkan sifat iri, tidak mau mengalah, kikir, sombong, dan dengki. Puncaknya, pencurian, pemerkosaan, pencabulan, korupsi, hingga pembunuhan tak segan-segan dilakukan. Kalau kita sudah mengenal istilah "Lingkaran Syetan", maka (kalau boleh saya buat istilah) ini adalah "Mata Rantai Syetan".

Selain itu, banyak kecaman dari Nabi terhadap orang yang menuruti syahwat perutnya. "Tidak akan masuk ke dalam alam malakut orang yang penuh perutnya" [Ihya' Ulum al-Din, juz 3 hal 78], "Sesungguhnya makan sampai kenyang itu akan menyebabkan penyakit belang" [Ihya' Ulum al-Din, juz 3 hal 79], "Jangan bunuh hati kalian dengan memperbanyak makan dan minum, karena sesungguhnya hati itu bagaikan tanaman, ia akan mati jika terlalu banyak disiram" [Ihya' Ulum al-Din, juz 3 hal 78], "Orang yang paling lama laparnya di hari kiamat nanti adalah orang yang paling banyak kenyangnya di dunia" [Ihya' Ulum al-Din, juz 3 hal 79], dan masih banyak lagi (baca Ihya' Ulum al-Din, juz 3 hal 78-79).

Adapun dalil-dalil yang mengiming-imingi kita tentang begitu banyak dan besarnya manfaat lapar pun juga berhamburan seakan menyemangati kita untuk tidak menunda-nunda waktu memulai riyadlah dengan bekal keimanan. Diantaranya, "Berfikir adalah sebagian dari ibadah, dan lapar adalah ibadah itu sendiri" [Ihya' Ulum al-Din, juz 3 hal 78], "Sungguh syetan itu berjalan di dalam aliran darah manusia, maka sempitkanlah jalannya dengan lapar dan haus" [Ihya' Ulum al-Din, juz 3 hal 79], "Ketuklah selau pintu Sorga, niscaya ia akan terbuka", Shahabat kemudian bertanya; "Bagaimana kami bisa selalu mengetuk pintu Sorga?", "Dengan lapar dan haus" jawab Rosululloh SAW [Ihya' Ulum al-Din, juz 3 hal 79], "Tidaklah seorang hamba meninggalkan makanan yang ia gemari kecuali ia akan dinaikkan derajatnya di Sorga" [Ihya' Ulum al-Din, juz 3 hal 80]. Ihdinas shirothol mustaqim, amin.....

Lalu kenapa di dalam lapar ada fadilah yang agung dan pahala yang melimpah yang oleh karena sangat besarnya pahalanya, maka hanya Allah yang tahu,قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : {كل عمل ابن آدم يضاعف الحسنة عشر أمثالها إلى سبعمائة ضعف قال الله تعالى إلا الصوم فإنه لي وأنا أجزي به}          
Bukankah lapar itu menyakiti badan dan menyiksa lambung?, lalu itukah yang menyebabkan lapar mempunyai fadilah yang agung?, tentu saja tidak, fadilah-fadilah yang terkandung dalam lapar itu dikarenakan keistimewaan-keistimewaan tersendiri yang ada didalamnya yang insya Allah akan dijelaskan nanti. Sebab jika karena menyakitkan lalu lapar mempunyai keutamaan, maka tentulah semua perkara yang menyakitkan juga akan mempunyai keutamaan yang sama, seperti memukul-mukul diri sendiri, memotong-motong badan sendiri, maupun melakukan hal-hal yang membahayakan diri. Sebagaimana orang minum jamu, lalu ia mengira jamu memiliki khasiat karena jamu itu pahit, kemudian ia berkesimpulan bahwa semua makanan yang pahit ada khasiatnya.

Walaupun untuk mendapatkan fadilah lapar sebetulnya kita tidak perlu mengetahui dari sisi mana penyebab-penyebabnya, karena sudah teramat banyak dalil-dalil hadits yang menerangkannya. Namun, jika kita ingin naik dari derajat iman ke derajat ilmu, maka baik untuk mengetahui apa penyebab fadilah tersebut. يرفع الله الذين آمنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات...(الاية) , demikian firman Allah.

Ada sekitar sepuluh keutamaan dalam lapar yang dijelaskan oleh al-Ghozali [Ihya' Ulum al-Din, juz 3/hal. 81-86].
1)     Beningnya hati, terangnya pikiran dan tajamnya mata-hati. Perut yang kenyang adalah penyebab kebodohan serta membutakan mata-hati. Dalam perut yang kenyang hati akan penuh dengan uap sehingga otak menjadi lemah untuk berpikir dan lamban dalam memahami sesuatu. Dan telah terbukti bahwa ketika seorang anak kecil banyak mengkonsumsi makanan maka ia akan kesulitan dalam menghafal dengan cepat, ia juga akan berkembang menjadi anak yang pelupa terhadap apa yang telah dihafalkannya, dan lambat laun hilanglah kecerdasannya. Inilah yang akan menghambat tujuan utama ibadah, yaitu berfikir (yang mengantarkan ke dalam alam Ma'rifat Billah, syaikhuna Muhammad Subadar sering menyinggung di sela-sela ceramahnya bahwa syarat untuk menjadi seorang waliyulloh adalah 'alim). Berkata Abu Yazid al-Busthomi "Lapar laksana mendung, ketika seorang hamba lapar maka terhujanilah hatinya dengan hikmah".
2)     Hati menjadi tipis (mudah menerima hidayah dan lembut dalam merasakan ibadah) yang dapat mempersiapkan hati untuk bisa menikmati lezatnya beribadah. Banyak sekali mulut-mulut yang berdzikir dengan hati yang tulus dan khusyuk tetapi tidak dapat merasakan kenikmatan dalam kemasyukan dzikirnya.Seakan-akan antara dzikir dan hatinya ada benteng penghalang yaitu kerasnya hati yang tidak dapat di tembus kecuali dengan kosongnya perut. "Momen-momen paling indah dalam ber-"cinta" dengan Tuhanku adalah ketika punggung dan lambungku dengket menyatu  karena lapar dan haus", Abu Sulaiman al-Daroni.
3)     Menjadikan seseorang merendah. Lapar yang dirasakan oleh seseorang akan membuat ia merasa dirinya lebih rendah dari orang lain, sebab dalam hatinya sudah terpatri bahwa ia lebih hina dan lebih lemah dari siapapun. Sehingga secara otomatis akan tumbuhlah sifat penyabar, tidak semena-mena, menjauh dari sifat sombong. Dengan demikian tidak ada dalam hatinya keinginan untuk menyakiti orang lain, baik melalui fisik maupun non-fisik, sebab tidak ada yang ia lihat kecuali dirinyalah makhluk paling hina. Dan dengan lapar ia telah menutup pintu neraka bagi drinya yang berarti ia telah membuka pintu sorga.
4)     Akan mengingatkan selalu cobaan-cobaan dan adzab-adzab Allah. Terhadap problem-problem dunia mereka yang tidak enggan untuk mengosongkan perut akan selalu ingat terhadap penderitaan yang dialami sesama, serta iba terhadap nasib orang-orang miskin dan orang-orang yang kelaparan. Sama halnya kita hanya bisa membayangkan tanpa bisa merasakan langsung ketakutan, kesengsaraan, dan siksaan yang diderita oleh para penghuni penjara kecuali jika kita juga masuk ke dalamnya. Sehingga lapar dapat membuat orang lebih berbelas kasih kepada sesama daripada belas kasihnya orang yang tidak lapar. Oleh sebab itu Nabi Yusuf menjawab tatkala ditanya mengapa ia memilih untuk hidup lapar padahal di tangannya dunia berlimpah, ”Aku kawatir jika aku kenyang aku akan lupa terhadap orang-orang yang lapar dan orang-orang yang membutuhkan". Adapun terhadap akhirat lapar dan haus akan mengingatkan kita bagaimana laparnya penduduk neraka yang saking tak kuasanya menahan lapar hingga mereka terpaksa rela melahap duri-duri, juga bagaimana hausnya nanti kala manusia dijemur di padang Mahsyar. Pilihan lapar di dunia yang sekejap ini adalah pilihan tercerdas daripada harus merasakan lapar di akhirat yang tiada tara. Sallamallahu 'alaina min huma fiha....
5)     Yang ke lima ini adalah keutamaan yang paling besar, yaitu menghancurkan segala keinginan (syahwat) bermaksiat. Urutannya sebagai berikut; pembangkit semua kemaksiatan adalah syahwat yang ditimbulkan oleh kekuatan badan, dan kita semua tahu bahwa sumber kekuatan adalah makan dan minum. Jika kita menyedikitkannya maka sekaratlah syahwat. Sehingga nafsu yang mulanya selalu menuntun kepada kejelekan ( إن النفس لأمارة بالسوء ) dapat kita pegang dan kuasai hingga puncaknya kita akan mendapatkan maqom al-nafsu al-muthma'innah.
6)     Menyedikitkan tidur serta mempermudah mengisi malam dengan ibadah bermunajat. Sebab, ”banyak makan maka banyak minum, banyak minum maka banyak tidur, dan banyak tidur adalah penyebab kedunguan dan kerasnya hati", yang oleh al-Ghozali diakui teori tersebut adalah kesepakatan lebih dari tujuh puluh Psikiater yang dapat dipercaya.
7)     Mempermudah istiqomah dan menetapi dalam ibadah.  Sebab untuk mencapai kenyang ada proses yang panjang yang membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Pertama seseorang harus membeli bahan makanan kemudian memasaknya, makan, minum dan ia harus ke kamar kecil untuk membuang kotoran, maka coba kita hitung, berapa waktu dalam umur kita yang kita habiskan untuk hal tersebut, sudah berpikirkah kita apabila waktu tersebut kita gunakan untuk ber-Munajat maka keuntungannya tak dapat kita hitung. Memperkaya diri pun membutuhkan kesibukan yang dapat menghambat kita istiqomah dalam beribadah. Siang dan malam hanya dihabiskan untuk uang, tenaga dan pikiran hanya dihambakan untuk dunia. "Mereka puas dengan kehidupan dunia dan merasa tenang bersamanya, mereka hanya mengetahui kehidupan lahir, dan terhadap Akhirat mereka lupa", demikian firman Allah.
8)     Menjaga kesehatan. Makanan adalah sumber penyakit. Diceritakan ada seorang bijak mengumpulkan empat orang dokter, dari India, Romawi, Irak, dan satu lagi dari Afrika. Si bijak ini ingin menanyakan obat apa yang sama sekali tidak berefek samping. "Biji Ihlilaj hitam" kata dokter India, kemudian dokter Irak menjawab "Menurutku biji tumbuhan jenis rosyad putih", disambut jawaban dokter Romawi "Air panas adalah obat yang tidak mengandung penyakit", semua jawaban dari ketiga dokter ini disela oleh dokter Afrika, ”Ihlilaj dapat menghambat pencernaan, ini adalah penyakit. Biji tumbuhan Rosyad menyebabkan mencret, ini juga penyakit. Adapun air panas bisa melemahkan pencernaan, inipun penyakit", "Lalu menurutmu apakah obat yang tak berpenyakit itu?" tanya salah satu dari mereka. "Menurutku ialah jangan kalian makan sehingga kalian lapar dan berhentilah makan ketika kalian belum merasa kenyang".
Para dokter Ahli Kitab sangat kagum dengan hadits Nabi "Sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk udara", mereka berkata "belum pernah aku mendengar ucapan tentang makanan yang lebih bijaksana daripada ini, ini adalah ujar yang paling bijaksana".
9)     Meringankan biaya hidup. Sebab lapar tidak membutuhkan biaya yang besar sehingga tidak perlu sampai bersusah payah mengumpulkan harta yang besar. Barang siapa membiasakan diri dengan kenyang maka perutnya akan meminta-minta untuk dilayani, ia akan merasa menjadi raja. maka ia pun berusaha dengan sekuat tenaga untuk memenuhinya sehingga apapun akan ia lakukan, jangankan pekerjaan yang halal, untuk perut, harampun pasti diterjang.
10) Memungkinkan dan mempermudah mengalah dan bersedekah dengan harta yang lebih dari kebutuhannya kepada fakir dan miskin sehingga nanti di hari kiamat ia akan bernaung di bawah sedekahnya. Apa yang ia makan akan menjadi simpanan WC-nya, adapun yang telah ia sedekahkan akan menjadi simpanan berupa keutamaan dari Allah. Maka tidaklah ia miliki kecuali harta yang disedekahkan di jalan Allah, harta tersebut akan abadi yang akan setia menemani sampai di hari Akhirat nanti.

Demikian sepuluh keutamaan lapar, dan masing-masing dari sepuluh keutamaan tersebut mempunyai keutamaan yang bercabang-cabang. "Lapar adalah kunci Akhirat dan pintu Zuhud, kenyang adalah kunci dunia dan pintu rakus". Maka tinggal kita meraba apakah hidayah Allah telah menyertai kita, semoga saja beserta pengetahuan kita beriring hidayah-Nya, Amin.

ngaji9.com: Sampaikanlah walaupun hanya setengah ayat !